Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Profil Pembeli Apartemen Mewah di Indonesia

Kompas.com - 03/03/2014, 17:10 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kendati ceruk pasar kelas atas (upper class) hanya satu persen dari total pasokan 140.000 unit apartemen di Jakarta, namun permintaan terus menguat. Kondisi ini menstimulasi akselerasi pertumbuhan harga menjadi 30 persen per tahun dengan posisi aktual mencapai level Rp 40 juta per meter persegi.

Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, mengemukakan hal tersebut kepada Kompas.com, di Jakarta, Senin (3/3/2014).

Menurutnya, permintaan apartemen kelas premium sangat kuat, namun terbatas (niche market). Pasokan tahun ini akan berasal dari Pakubuwono Signature, Langham Residence, Dharmawangsa Residence dan juga Raffles Residence Ciputra World Jakarta.

"Terbatasnya pasokan apartemen kelas atas, karena segmen pasar sangat spesifik. Mereka membeli bukan untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal melainkan untuk kebutuhan kebanggaan (pride needs) dan koleksi," papar Ferry.

Hal senada dikatakan CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, bahwa profil pembeli apartemen mewah adalah kalangan yang sama dengan pengoleksi properti mewah lainnya terutama di kawasan premium Jakarta dan Bali.

"Mereka tidak memburu imbal hasil karena memang investasi apartemen kelas atas tidak menarik. Mereka itu pengguna akhir, bukan investor," ujar Hendra.

Oleh karena itu, apartemen yang akan mereka incar adalah properti yang sudah pasti akan menambah prestis dan rasa kebanggaan mereka. Selain lokasi, aspek keamanan dan privasi, spesifikasi material bangunan juga menjadi hal penting.

"Di dalam apartemen mewah, jumlah unit harus terbatas tak lebih dari 150 unit. Hal ini untuk menjaga privasi. Ukuran unit pun harus di atas 250 meter persegi. Jika apartemen tersebut dikelola jaringan operator internasional, itu akan lebih bagus lagi dan pasti menarik minat mereka," papar Hendra.

Baik Ferry maupun Hendra sepakat, bahwa lokasi apartemen harus menempati area premium seperti pusat bisnis (CBD) Sudirman, Thamrin, dan Kuningan. Kalau pun di selatan Jakarta dan jauh dari CBD, terdapat area "tradisional" yang memang dirancang untuk kalangan mewah. Area tersebut ada di Kebayoran Baru seperti Wijaya, Gandaria, dan Kemang.

Pengembang khusus

Mengingat ceruk pasar sangat spesifik, pengembang dituntut untuk memahani know how kelas atas ini. Meminjam istilah Ferry, kalangan sosialita punya tuntutan banyak terhadap apartemen yang akan mereka beli.

Tuntutan tersebut menyangkut siapa calon tetangganya, dan bagaimana potensi apartemen ini ke depannya. Pengembang harus dapat menyeleksi calon pembeli sekaligus pemilik apartemennya.

"Oleh karena itu, seperti halnya profil pembeli, profil pengembang pun sangat spesifik. Biasanya, pengembang yang mau dan mampu membangun apartemen mahal ini adalah perusahaan yang sudah lama bermain dan memasok luxury apartment. Selain itu, pemilik perusahaan properti ini sudah mengenal baik calon pembelinya. Ini artinya, pembeli hanya akan tertarik jika mereka mengenal langsungpengembangnya," imbuh Ferry.

Ferry mencontohkan, Keraton Residence di Plaza Indonesia, didominasi oleh kalangan elite negeri ini. Keraton merupakan apartemen termahal dengan harga aktual 12.000 dollar AS (Rp 138,8 juta) per meter persegi. Calon pembeli rela menguras pundi lebih dalam ketimbang saat apartemen ini pertama kali dipasarkan, asalkan bisa bertetangga dengan kalangan elite tersebut.

Pendek kata, tambah Hendra, pasar kelas atas akan tetap ada dan kuat. Pasar kelas ini tidak sensitif terhadap aktivitas makro ekonomi.

"Tahun ini masih bagus, karena sudah banyak kalangan elite yang   tinggal di apartemen karena kemacetan Jakarta dan lebih praktis. Mereka tidak lagi hanya mengandalkan landed house di Kemang, Menteng atau Pondok Indah," tandas Hendra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com