Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budaya "Vintage", Budaya "Hijau"....

Kompas.com - 22/12/2013, 14:45 WIB
Tabita Diela

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu cara ikut menyelamatkan lingkungan bisa dimulai dari tukang loak, pasar barang antik, atau garasi kakek dan nenek Anda. Luthfi Hasan, pendiri Jakarta Vintage, misalnya, mengaku bahwa keinginannya mempromosikan gaya hidup vintage bukan semata untuk kepentingan estetika, namun juga menyelamatkan lingkungan. Budaya vintage, ternyata juga budaya "hijau" yang ramah lingkungan.

Kepada KOMPAS.com, Sabtu (21/12/2013), Luthfi memberikan contoh-contoh kursi-kursi vintage yang dipamerkan Jakarta Vintage. Semua kursi bisa diakses di Jakartavintage.com.

www.jakartavintage.com/ Kalau pun ingin membeli kursi atau furnitur, carilah di sekitar rumah Anda. Jika Anda punya kursi tua atau kursi vintage dan ingin memperbaruinya, Anda juga tidak perlu segera menghubungi Jakarta Vintage atau toko-toko besar lain. Cari tukang sofa di sekitar rumah Anda, mereka pun bisa memperbaikinya.
Luthfi mengaku, setiap kursi tersebut tidak ada duanya, karena unik dari segi desain maupun konsep. Dia hanya menggunakan kursi-kursi tua, memperbaikinya, lalu mengganti upholstery kursi tersebut dengan bahan-bahan pilihan dan corak istimewa. 

Setiap kursi menggunakan bahan istimewa yang ia dapatkan dari toko-toko barang antik di seluruh dunia. Dia tidak hanya membeli kain di toko bahan khusus sofa atau furnitur, namun juga membeli kain di toko-toko gorden, bahkan toko garmen untuk pakaian.

www.jakartavintage.com/ Kalau pun ingin membeli kursi atau furnitur, carilah di sekitar rumah Anda. Jika Anda punya kursi tua atau kursi vintage dan ingin memperbaruinya, Anda juga tidak perlu segera menghubungi Jakarta Vintage atau toko-toko besar lain. Cari tukang sofa di sekitar rumah Anda, mereka pun bisa memperbaikinya.
Tidak disadari

Sejauh ini, menurut Luthfi, sekitar 70 persen pembeli kursi dari Jakarta Vintage adalah ekspatriat. Mereka rela membayar sekitar Rp3,6 juta perkursi tidak hanya karena desainnya, namun juga karena material yang digunakan. Penggunaan kembali barang-barang yang tidak terpakai dinilai lebih ramah lingkungan. Hal ini yang belum disadari oleh masyarakat Indonesia.

"Kami mau mempromosikannya, karena kami percaya, gaya hidup vintage sangat ramah lingkungan. dengan menggunakan barang-barang vintage, kita tidak memproduksi barang baru, lebih ekonomis, apalagi karena menggunakan bahan-bahan atau material yang sudah ada," ujarnya.

www.jakartavintage.com/ Penggunaan kembali barang-barang yang tidak terpakai dinilai lebih ramah lingkungan. Hal ini yang belum disadari oleh masyarakat Indonesia.
Uniknya, Luthfi tidak serta-merta meminta masyarakat membeli furnitur lawas yang mulai ramai ditawarkan. Dia justeru mendorong masyarakat untuk melihat kembali apa yang sudah mereka miliki, perbaiki bila perlu, dan menggunakannya kembali.

"Bisa punya nenek atau punya orang tua yang ada di garasi. Barang-barang tersebut bisa kita pakai. Itu yang kita promosikan, ramah lingkungan," imbuhnya.

Luthfi mengatakan, kalau pun ingin membeli kursi atau furnitur, carilah di sekitar rumah Anda. Jika Anda punya kursi tua atau kursi vintage dan ingin memperbaruinya, Anda juga tidak perlu segera menghubungi Jakarta Vintage atau toko-toko besar lain. Cari tukang sofa di sekitar rumah Anda, mereka pun bisa memperbaikinya.

www.jakartavintage.com/ Kepada KOMPAS.com, Sabtu (21/12/2013), Luthfi memberikan contoh-contoh kursi-kursi vintage yang dipamerkan Jakarta Vintage. Semua kursi bisa diakses di Jakartavintage.com.
"Kita ingin membuat orang jangan terlalu konsumtif. Jangan terlalu dengan mindset, terdikte oleh mindset seperti itu. Itu kan industri. Jadi, tiap tahun beli, itu kan kita mengikuti, didikte industri. Kita tidak diuntungkan, lingkungan tidak diuntungkan. Memang, untuk ekonomi iya. Tapi kita juga membangun ekonomi, ekonomi di sekitar rumah kita. Ekonomi kecil, seperti tukang sofa, tukang kursi di sekitar rumah kita, kita harus bantu," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau