JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta menggelar sayembara "Gagasan Desain Arsitektur Tipologi Sekolah Negeri DKI Jakarta".
Sayembara yang secara resmi dipublikasikan Senin (11/11/2013) ini bertujuan untuk membuat desain tipologi bagi sekolah milik pemerintah di wilayah Jakarta.
Setiap partisipan atau peserta yang mengikuti sayembara ini diharuskan mengakomodasi nilai-nilai budaya Betawi dan diselaraskan dengan standar bangunan modern untuk memenuhi kebutuhan masa depan.
Ketua Kehormatan IAI Jakarta, Her Pramtama, bahwa sudah waktunya beberapa sekolah negeri yang ada di wilayah DKI Jakarta diperbaiki. Ia enggan mengaitkan sayembara ini pada kasus kerusakan bangunan sekolah di Jakarta beberapa waktu lalu.
Namun, momentum sayembara tersebut menurutnya bisa dipandang sebagai peluang untuk membangun kembali sekolah-sekolah. Selain itu, pembangunan sekolah sebagai salah satu fasilitas publik juga harus dapat mengambil bagian dalam membangun wajah kota ini.
"Jangan sampai sama dengan bangunan publik di negara lain. Jakarta sekarang punya peluang. Mulai dari stasiun, terminal, sekolah, rumah sakit, Kantor Kecamatan, Kantor Walikota, semuanya aset yang mudah dilihat masyarakat. Mungkin, itu bisa menjadi alat untuk menciptakan ciri," ujar Her.
Sayembara tersebut, lanjutnya, tidak mendorong pesertanya untuk mengadaptasi arsitektur Betawi pada gagasannya. Alih-alih, menuntut peserta memberikan karakter tersendiri dalam karyanya. Selain karakter, peserta juga lebih diarahkan untuk menuangkan hasil intepretasi pada kebudayaan Betawi, bukan arsitektur Betawi semata.
"Tidak harus menekankan arsitektur Betawi, tapi filosofi Betawinya. Misalnya, kebudayaan Betawi yang bisa diturunkan jadi bagian dalam arsitektur. Budaya atau filosofi bisa dari musik atau lagu, upacara adat seperti pernikahan, baju, atau bahkan kuliner khas Betawi. Para arsitek ditantang untuk (mengadopsi konsep) itu," tegasnya.
Lantas, apa yang dapat kita nantikan dari hasil sayembara ini? Menurut Her, setidaknya ada tiga hal penting dalam sayembara tersebut.
Pertama, memberikan karakter. Kedua, bagaimana bangunan bisa merespon pada keberlanjutan energi, hemat energi, dan hemat ait. Ketiga, bagaimana bangunan itu mampu memberikan kontribusi positif bagi warga sekitarnya.
"Yang diambil dari sayembara ini adalah tipologi, mencari benang merahnya. Supaya sekolah di DKI bisa menonjolkan kebudayaan Betawi, bukan (sekadar) arsitektur Betawi," tandas Her.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.