Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandara Kemayoran: Legenda yang Liar dan Tak Terurus....

Kompas.com - 13/10/2013, 13:15 WIB
Tabita Diela

Penulis

KOMPAS.com — Liar dan tak terurus. Seperti itulah kondisi terkini bekas bandara internasional  Kemayoran, Jakarta, khususnya di lokasi menara kontrol lalu lintas udara, Jumat (27/9/2013) silam. Lapangan yang dulunya menjadi area pesawat berlabuh, kini tertutup ilalang, penuh pohon-pohon liar, dan semak belukar.

Kondisi dua menara kontrol itu juga sudah sangat tidak prima. Meski sudah dicat kembali, bagian dalam bangunan ini tampak tua, kotor, dan berbahaya.

Ironisnya, pemandangan "sumuk" itu terlihat sangat kontras dengan gedung Jakarta International Expo (JIExpo) di seberangnya. Apalagi, saat itu JIExpo tengah dijadikan lokasi pameran mobil nasional terbesar di Jakarta. Umbul-umbul tampak bertebaran di sepanjang jalan, sementara mobil-mobil mewah pengunjung terlihat lalu-lalang, keluar dan masuk gedung pameran. Di seberangnya, lapangan yang dulu menjadi lokasi bandara internasional kebanggaan Jakarta itu tak lebih dari "tempat jin buang anak" yang sepi!

Vitalis Yogi T/KOMPAS.com Sebenarnya, Kemayoran pernah menjadi bagian penting dalam sejarah nasional Indonesia, bahkan internasional. Kecamatan ini pernah menjadi lokasi Bandara Internasional Kemayoran. Karena itu, area ini memegang peranan penting dalam sejarah nasional Indonesia.

Di tengah teriknya matahari yang sesekali tertutup awan, hampir tak ada penduduk masuk ke dalamnya. Hanya satu-dua penduduk lokal berada di lokasi. Itu pun segera diminta meninggalkan lokasi oleh petugas yang menjaga lahan bekas bandara itu.

Sebetulnya, jika diniatkan, lokasi ini hampir sempurna dijadikan tempat piknik masyarakat lokal. Sayangnya, cerita-cerita dari penjaga lokasi tersebut terdengar tidak menyenangkan, meski disampaikan dengan ramah. Ya, lokasi tak terawat ini banyak dihuni ular!

Lahan negara 

Di tengah ingar-bingar pembangunan infrastruktur dan hunian bagi penduduk DKI Jakarta, kota ini ternyata masih memiliki lahan-lahan "tidur" yang penuh potensi. Salah satunya lahan bekas Bandara Kemayoran seluas lebih dari 400 hektar di Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat, ini.

Ditemui Kompas.com di lokasi itu, Direktur Utama Pusat Pengelolaan Kompleks Kemayoran (PPKK) Tabrie mengatakan, institusi yang dikepalainya ini punya wewenang besar atas area tersebut. Menurut Tabrie, PPKK ingin menjadikan kedua menara ini sebagai museum Bandara Kemayoran, sementara lingkungan di sekitarnya akan dijadikan cagar alam.

Tabrie menuturkan, Bandara Internasional Kemayoran dibangun oleh Belanda pada 1938. Kemudian, saat Indonesia merdeka, bandara ini dijadikan bandara internasional pertama di negara ini.

Saat itu, tepatnya selama tahun 1945 hingga 1964, pengelolaan bandara di bawah tanggung jawab Jawatan Penerbangan Sipil. Selanjutnya, sejak 1964 hingga 1985, Bandara Internasional Kemayoran diserahkan dan dikelola oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, tepatnya Perum Angkasa Pura.

Aset tetap bandara tersebut berbentuk tanah seluas 4.189.115 m2 atau setara 418,9 hektar. Namun, predikat sebagai bandara internasional tak lagi dimiliki oleh Kemayoran sejak kehadiran bandara baru di kawasan Cengkareng dibangun pada 1985.

"Kemudian, karena pada 1985 international airport pindah ke Cengkareng, atau sekarang disebut Soekarno-Hatta International Airport itu, maka bekas Kemayoran International ini diserahkan kepada negara, dalam hal ini kepada Menteri Sekretaris Negara, sampai sekarang. Itu mulainya tahun 1985," tutur Tabrie.

"Karena Kementerian Sekretaris Negara tidak ada bagian dari tupoksinya untuk mengelola macam aset-aset begini, maka Sekretaris Negara membentuk yang dinamakan Badan Pusat Pengelolaan yang berubah menjadi Pusat Pengelolaan Kompleks Kemayoran. Itu berdasarkan Kepres Nomor 53 Tahun 1985 tertanggal 17 Juni 1985," tambahnya.

Kini, meski tak lagi digunakan sebagai bandara, Bandara Kemayoran bisa dan harus dikelola agar menghasilkan keuntungan. Pasalnya, PPKK merupakan Badan Layanan Umum (BLU). Artinya, lewat lahan bandara ini PPKK berkewajiban menyumbang pendapatan negara.

"Sejak 2011 itu berlaku BLU penuh. Artinya, lahan yang kita (miliki), lahan HPL ini, jadi milik pemerintah. Hal tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 390/KMK.05/2011 tertanggal 21 November 2011," kata Tabrie.

Sebatas mimpi

Berdasarkan penuturan penjaga keamanan setempat, lapangan bekas Bandara Kemayoran itu kini penuh ular yang hidup di antara semak belukar dan rumput liar. Bahkan, kata si penjaga, di area ini juga banyak makhluk halus. Penjaga itu menuding dua menara kontrol lalu lintas udara dan beberapa sumur di lokasi ini sebagai "pusat kekuatan gaib" itu.

Nyatanya, hal itu tidak terbukti, saat Kompas.com berkunjung ke lokasi. Saat siang panas dan terik, lokasi ini malah teduh dan enak untuk melepas rehat sejenak.

Sebagai bandara internasional, Bandara Kemayoran sempat menjadi salah satu bagian penting dalam sejarah nasional Indonesia. Lokasi ini pernah berperan penting dalam hubungan bilateral, multilateral, dan kedirgantaraan Indonesia.

Kini, seperti habis manis sepah dibuang, ketika bandara lain yang lebih besar sudah tersedia, lokasi ini tampak ditinggalkan begitu saja. Bahkan, generasi yang lahir pada 1990-an hanya mengenal Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng sebagai satu-satunya bandara termegah di Jakarta. Padahal, jauh sebelum bandara tersebut resmi beroperasi, Indonesia sudah memiliki bandara bertaraf internasional, meski kapasitasnya jauh di bawah Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Lokasi bandara ini pun terbilang lebih strategis karena berada di tengah kota. Bandara yang pada masa kejayaannya dieja dengan nama Kemajoran (Djakarta) International Airport itu bahkan disebut-sebut dalam salah satu literatur terpenting dalam budaya populer. Bandara Internasional Kemayoran atau Kemayoran International Airport disebut dan bahkan digambarkan oleh Georges Remi atau Herge dalam seri pertualangan Tintin berjudul Penerbangan 714 (Vol 714 pour Sydney).

Lantas, apa yang akan terjadi pada lokasi bersejarah ini? Tabrie menjelaskan, setelah mendapat status sebagai BLU penuh itu, kawasan Bandara Kemayoran perlu berbenah diri agar mampu meraup keuntungan. Tabrie menilai bahwa tampilan kawasan ini harus bisa menarik.

Menurut Tabrie, PPKK akan bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta, pakar, instansi pendidikan, dan praktisi untuk menetapkan cetak biru Kompleks Kemayoran yang kini telah ditetapkan dalam Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK) 2005. Kompleks Kemayoran menjadi Sentra Baru yang ditegaskan dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) DKI 2010 sebagai Kota Baru Mandiri. Area ini kelak menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa berskala pelayanan internasional (Indonesia International Trade Center atau IITC).

Selain menjadi pusat jasa dan niaga, Kemayoran juga ditetapkan sebagai kota taman dan berfungsi sebagai paru-paru kota. Tabrie mengaku, daerah hijau di Jakarta kurang dari 15 persen, dan tujuh persennya ada di Kemayoran.

Saat ini, langkah awal paling jelas terlihat dari rencana itu adalah pembangunan tanda-tanda di kawasan Kemayoran. Menurut Tabrie, kawasan Kemayoran ini berukuran besar, tetapi tidak ada penanda memasuki ke wilayah tersebut.

"Kalau masuk ke kompleks Kemayoran, tidak ada tanda-tandanya masuk Kemayoran. Tempo hari kita buat pintu gerbang dari Tol Tanjung Priok, itu sebagai ikon Kemayoran," ujar Tabrie.

Selain itu, meski belum mendapat persetujuan dari Kementerian Sekretaris Negara, dia juga ingin membangun ikon berupa ondel-ondel terbesar di seluruh dunia berukuran tinggi 13 meter. Sembilan meter untuk ondel-ondel dan empat meter untuk dasarnya. Menurut dia, hal ini dilakukan untuk meningkatkan nama baik Kemayoran.

Tabrie menilai, Kemayoran di masa depan dapat dijadikan green international business district. Jadi, di samping untuk bisnis, lokasi ini juga digunakan untuk perumahan, tepatnya sebagai hunian yang nyaman, termasuk karena lokasi ini juga direncanakan sebagai hutan kota.

"Saya berharap Kemayoran (menjadi) tempat tinggal, tempat wisata yang nyaman, aman. Tidak ada gangguan dari preman, dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab," tandas Tabrie.

Namun, dari semua yang terlihat langsung di lapangan, semua itu masih berupa rencana dan wacana. Semua hanya mimpi, karena masih jauh untuk melihat bandara paling melegenda ini benar-benar berguna sebagai lokasi yang menarik dan bermanfaat bagi masyarakat ketimbang sebagai lahan tidur yang tak berguna.

Soal bagaimana kondisi bandara itu kini, Anda bisa menyimaknya dalam format foto 360 derajat di Terminal Penumpang Bandara Kemayoran!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com