Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengubah Paradigma Arsitek di Jembatan Selat Sunda

Kompas.com - 02/09/2013, 17:15 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) dapat dijadikan sebagai momentum untuk membuka paradigma berpikir para arsitek Indonesia agar lebih inovatif. Arsitek harus lebih ekspansif membedah secara ilmiah JSS ini dari berbagai sisi.

"Dengan kajian ini para arsitek profesional bisa merancang lebih komprehensif, mulai dari konsep pembangunan hingga teknologinya. Arsitek juga harus bisa masuk ke sektor riil," ujar Jane Katharina, Ketua Ikatan Alumni Arsitektur Institut Sains dan Teknologi Nasional (INIARS ISTN) pada jumpa pers Simposium Nasional Arsitektur Jembatan Selat Sunda di Jakarta, Senin (2/9/2013).

Jane mengatakan, simposium ini diharapkan bisa menjadi wadah mengubah paradigma tersebut, yaitu mengundang kepedulian arsitek dan insinyur Indonesia bagi tumbuh dan berkembangnya dunia teknologi rancang bangun, salah satunya melalui rencana proyek JSS tersebut.

Simposium ini akan digelar di Gedung Bidakara, Jakarta, Kamis (5/9/2013) nanti, dan akan menghadirkan salah satunya Ir Ben Usagani, seorang praktisi teknis dengan spesialisasi bidang sipil konstruksi laut. Ben akan memaparkan hasil kajiannya mengenai teknik konstruki yang mungkin bisa digunakan untuk pembangunan JSS berdasarkan lawatannya ke beberapa negara.

"Apakah nantinya akan menggunakan tipe suspension bridge, self anchor bay bridge atau cable stay bridge, kami akan analisa dan itu kembali pada kemampuan pemerintah Indonesia. Ini merupakan pertimbangan besar memilihnya,  salah satunya faktor biaya yang tidak sedikit," ujar Ben.

Khusus untuk Selat Sunda, Ben memisalkan, JSS bisa menggunakan kombinasi dua suspension bridge dengan dukungan cable stay bridge. Hanya, dibutuhkan peralatan besar untuk operasionalnya.

"Tetapi kita tak punya alat besar untuk pekerjaan ini. Yang memungkinkan adalah menyewa alat dari Belanda, harganya sekitar 100.000 Euro (Rp 1,4 miliar) per hari. Tingginya 85 meter dan mampu mengangkat beban 8.500 ton. Tapi, China juga punya alat itu, mungkin lebih murah," ujarnya.

Seperti diberitakan, Kementerian Pekerjaan Umum berencana membangun JSS. Jika terealisasi, JSS bisa menjadi jembatan dengan bentang tengah terpanjang kedua di dunia. Jembatan dengan total panjang sekitar 29 kilometer itu dibangun menggunakan dua buah jembatan suspensi sebagai jembatan utama. Adapun panjang bentang mencapai 2.500 meter.  Jembatan ini akan dilengkapi infrastruktur seperti transmisi gas, rel kereta api, transmisi listrik, dan transmisi air minum.

Rencananya, pembangunan dimulai pada 2014 dan estimasi waktu pembangunan sekitar 10 tahun untuk pengerjaannya. Nilai proyek awalnya diperkirakan Rp 100 triliun, kini meningkat menjadi Rp 215,37 triliun. Namun, biaya itu masih bersifat estimasi awal berdasar kuantitas atau volume pekerjaan dan harga material.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com