Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Murah, Terjepit Mahalnya Tanah dan Bahan Bangunan....

Kompas.com - 28/08/2013, 19:35 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Nanan Diana, Presiden Direktur PT Duta Pratama Propertindo, salah satu pengembang rumah rumah bersubsidi, mengatakan bahwa imbas kenaikan BBM dan kenaikan Dollar AS sangat signifikan dari segi material atau bahan bangunan. Namun, karena KPR FLPP merupakan kebutuhan rumah yang mendasar bagi MBR, dari sisi pasar hal itu tidak terlalu berpengaruh.

"Efeknya bukan pada pasar, tapi ke pengembangnya, itu yang sangat besar. Paling tidak, sudah mengurangi marjin, terasa sekali. Kemudian muncul masalah paling sulit, yaitu belanja tanah untuk lokasi strategis rumah bersubsidi. Akhirnya, kami harus lari ke daerah pinggir. Untungnya, kalau di kawasan industri, seperti proyek kami di Karawang, pasar rumah bersubsidi sangat tinggi per harinya," ujar Nanan di sela workshop pajak untuk anggota DPP Apersi di Jakarta, Rabu (28/8/2013).

Nanan mengungkapkan, strategi bisnis terpaksa harus diubah karena masalahnya adalah lahan dan material. Dia mengatakan, kenaikan harga lahan dan material bisa mencapai 5 persen sampai 10 persen.

"Karena itulah, biaya operasional kami membengkak," ujar Nanan.

Nanan mengatakan, harga KPR FLPP di Karawang berbeda dengan di Bekasi. Di Karawang, harga per unit Rp 95 juta, sementara di Bekasi sudah Rp 105 juta. Padahal, letak antara keduanya tidak jauh.

"Harga tanah di kedua daerah sama tingginya. Untuk itu, kalau belanja tanahnya sudah dari tiga tahun lalu, tidak terasa. Tapi, kalau belanjanya baru tahun ini, itu sangat terasa sekali," kata Nanan.

Tahun ini, target Duta Pratama Propertindo membangun rumah subsidi berskema KPR FLPP di Karawang sebanyak 1000 unit. Sampai Agustus ini, jumlah yang tercapai baru 30 persennya.

"Sampai Desember ini kami yakin mencapai 80 persen dari target," ujarnya.

Untuk produk komersil, akibat harga tanah yang tinggi, pihaknya menjual rumah tapak di atas harga subsidi, namun di bawah harga komersil, yaitu di kisaran harga Rp 125 - Rp 150 juta. Menurutnya, di Karawang harga itu masih terjangkau masyarakat.

"Masalahnya, kita tidak menyentuh skema FLPP. Ini jadi masalah tersendiri, karena harganya nanggung lantaran beban biaya operasionalnya tinggi sekali," kata Nanan. 

Selain Karawang, pihaknya juga membangun rumah bersubsidi di Purwakarta. Potensi pasar KPR FLPP di kawasan ini sangat tinggi mengingat keduanya adalah daerah industri. 

Adapun di Bogor, harga rumah yang dibangun di atas harga subsidi, tapi di bawah harga komersil. Kisarannya mencapai Rp 165 jutaan.

"Di sana ada peraturan, untuk tipe 36 luas lahan minimum harus 84 m2. Ini juga terasa sekali bebannya," ujarnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com