Salah satu makalah yang dipresentasikan dalam kolokium tersebut berjudul "Implementasi Audit Keselamatan Jalan di Delapan Lokasi Proyek Jalan". Makalah karya Muhammad Idris, Sandi Prasetyo AS, dan Didik Rudjito tersebut meneliti ruas jalan RE Martadinata, Cakung-Cilincing, Fly-over Rawa Buaya, Underpass Cibubur, jalan akses Dry-port Cikarang, Lingkar Gentong, Lingkar Cianjur, dan Akses Cilincing Nagrak. Tidak hanya sekedar mengobservasi kondisi ruas-ruas jalan, makalah ini juga bertujuan untuk mengaudit dan memaparkan hasil audit tersebut.
Kesimpulannya, masalah umum yang sering ditemukan pada kedelapan lokasi adalah perambuan (47,89%), marka jalan (12,68%), pagar pengaman terkait lokasi berbahaya tepi jalan (5,63%), serta jarak pandang pada tikungan (4,23%). Fakta tersebut memperlihatkan ketidaklengkapan infrastruktur jalan terhadap aspek perlengkapan jalan.
Terungkap dalam makalah tersebut, prinsip jalan yang berkeselamatan belum sepenuhnya diterapkan. Objek-objek berbahaya juga masih ada di beberapa titik lokasi. Benda-benda yang sebelumnya bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi pengguna jalan, seperti lampu jalan, beberapa masih ditempatkan di dalam rel pengaman. Selain itu, pemasangan rel pengaman pada tikungan berbahaya juga tidak sesuai dengan arah lalu lintas.
Seorang peserta kolokium, Agah Muhammad Mulyadi, mengeluhkan salah satu kasus yang terjadi di lapangan. Keterbatasan anggaran seringkali menyebabkan desain pembuatan jalan menyesuaikan besarnya anggaran. Pada akhirnya, keterbatasan tersebut "menyunat" marka-marka dan pengaman jalan yang terlihat remeh di jalan raya.
Sementara itu, Kepala Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Herry Vaza seusai pembukaan kolokium mengungkapkan adanya "ketidakpasan" dalam proses pembuatan serta perawatan prasarana jalan raya, khususnya jembatan. Ia mengeluhkan, adanya perbedaan antara desain yang dirancang oleh Balitbang dan pengejawantahan di lapangan.
"Ada tantangan dari kita juga. Kita ini mesin pencetak teknologi, tapi aplikasinya belum pas. Maksud saya, sistem pengadaannya memberikan kontribusi juga. Jadi, kita sudah membuat ini begini, tapi tidak bisa diaplikasikan," ujar Herry.
"Saya mensinyalir, sistem pengadaan yang tender harganya murah. Akhirnya, kalau yang kontrak-kontrak itu banting harga, jadi tantangan berat. Kalau sudah begitu, kontraktornya sakit kepala juga," tandasnya.
Presentasi makalah dan opini-opini para ahli ini dilontarkan dalam kolokium, acara tahunan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Jalan dan Jembatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum. Kolokium sehari yang diadakan di Bandung, Rabu (19/6/2013) tersebut mengambil tema "Pengembangan Teknologi untuk Mewujudkan Jalan dan Jembatan yang Handal, Berwawasan Lingkungan, dan Meningkatkan Pemanfaatan Sumber Daya Lokal."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.