Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daya Saing Arsitek Lokal Rendah

Kompas.com - 22/05/2013, 18:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Dipilihnya Tom Wright, arsitek asal Inggris, oleh Intiland Development sebagai perancang Regatta The Icon adalah bukti bahwa arsitek asing menjadi pilihan utama developer.

Pendiri Intiland, Hendro S Gondokusumo, saat peluncuran Regatta The Icon beberapa tahun silam, mengatakan bahwa karya rancangan Tom Wright tidak saja indah dan unik, juga "long lasting" (dapat bertahan untuk jangka waktu lama). Tom Wright merupakan perancang Burj Al Arab di Dubai, Uni Emirat Arab, serta beberapa bangunan ikonik lainnya di kota-kota utama dunia.

Intiland bukanlah satu-satunya pengembang yang memanfaatkan jasa konsultasi arsitek asing. Tercatat hampir seluruh pengembang besar lebih mempercayakan rancangan proyek andalannya kepada arsitek luar. Sebut saja Lippo Group, Agung Podomoro Group, Ciputra Group, Sinarmas Land Group, atau Pakuwon Group. Mereka adalah "user" setia dari DP Architect asal Singapura, RTKL atau SOM dari Amerika Serikat.

Mengapa pengembang tersebut lebih suka memilih arsitek mancanegara?

Menurut Direktur Lippo Karawaci, Jopy Rusli, arsitek asing memiliki pengalaman dan keahlian lebih baik terutama dalam merancang "integrated development" yang tingkat kerumitannya lebih kompleks ketimbang properti perumahan atau "stand alone".

"Selain itu, arsitek asing juga mampu bekerja dengan cepat (deliverable) serta dapat memberikan kepercayaan diri (confidence texture) terhadap konsumen membeli produk properti yang dirancangnya," ujar Jopy kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (22/5/2013).

Itulah mengapa, Lippo Karawaci mempercayakan firma arsitek asing seperti DP Architects. Bahkan mereka berlangganan menggunakan jasa DP untuk beberapa proyek superbloknya seperti Kemang Village, St Moritz Penthouse & Residences, dan Holland Village. Tak hanya dalam rancangan gedung komersial, Lippo juga mempercayakan penataan lansekap dan interiornya kepada asing seperti Bill Bensley dan HBA Singapore.

Sementara Ciputra Group mempercayakan rancangan "signature project"-nya, kepada firma asing yang berbeda-beda. Mereka memilih RTKL sebagai perancang Ciputra World Jakarta, sedangkan DP Architects dipilih untuk mendesain Ciputra World Surabaya.

Di mana peran arsitek lokal di tengah-tengah gegap gempita pengembangan properti skala raksasa tersebut?

Jopy mengakui, pihaknya baru akan menggunakan jasa arsitek lokal guna mengerjakan proyek-proyek yang kelasnya di bawah "integrated development". Seperti proyek LPKR di daerah yang hanya memiliki satu sampai dua peruntukan.

Associate Director Ciputra Group Agung Krisprimandoyo mengakui, arsitek lokal belum cukup pengalaman. Apalagi bila harus menggarap proyek-proyek skala besar sekelas superblok. Sementara perancang mancanegara memiliki keunggulan dalam hal konsep, pengalaman, dan hasil karya yang estetik.

"Kelemahan arsitek lokal ya karena tidak punya pengalaman. Sehingga tidak memiliki daya untuk bersaing dengan rivalnya," imbuh Agung seraya menambahkan, saat beauty contest pemilihan konsultan arsitek untuk Ciputra World Surabaya, terdapat beberapa kandidat selain DP Architects. Mereka berasal dari Jakarta dan Surabaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com