Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pak Jokowi, Jakarta Harus Belajar dari Surabaya!

Kompas.com - 22/05/2013, 13:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Jakarta boleh unggul dalam jumlah "pohon beton" atau bangunan komersial tinggi dan pusat gaya hidup. Namun, profil ibu kota negara ini terkesan kering, angkuh, dan tidak humanis.

Berbeda dengan Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur ini memang kalah dalam pembangunan fisik properti komersial. Namun, Surabaya unggul sebagai kota besar ramah lingkungan dan humanis.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, Surabaya saat ini mengembangkan penataan yang tersebar ke seluruh penjuru kota. Dengan demikian, warga kotanya bisa beraktivitas di wilayah masing-masing atau dekat dengan tempat tinggalnya.

"Pembangunan bukan diaglomerasikan di satu titik, melainkan menyebar. Selain itu, di setiap titik strategis kota kami mengembangkan sentra komunitas untuk digunakan sebagai tempat aktivitas warga," ujar Risma dalam presentasi Seminar Nasional Arsitek untuk Bumi di Jakarta, Rabu (22/5/2013).

Di setiap titik strategis seluruh wilayah kota itu dibangun pula taman-taman lengkap dengan akses WiFi, pedestrian, dan jalur sepeda sebagai ruang terbuka hijau di luar ruang rekreasi, lapangan olahraga, dan pemakaman. Tak heran saat ini Surabaya mampu menghasilkan ruang terbuka hijau (RTH) sebanyak 22,26 persen atau 171,68 hektar dari total luas wilayah kota. Angka itu jauh di atas RTH di Jakarta yang masih berkutat pada angka 14 persen.

Itulah sebabnya saat ini Surabaya mendapat predikat sebagai "kota untuk warganya". Tak kalah penting, kota ini juga digelari The Most Green and Livable City in Indonesia.

Menurut Risma, konsep "kota warga" tak hanya bergantung pada alokasi RTH, tetapi juga harus mampu melayani warganya dalam penyediaan "kail kehidupan". Warga tidak dianggap sebagai obyek dari rencana tata ruang wilayah (RTRW), tetapi subyek yang diharapkan bisa menentukan tujuan hidupnya.

Terkait hal itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memfasilitasi warganya untuk mengekspresikan keinginan dan kebutuhannya. Contohnya, Pemkot menyediakan fasilitas pentas seni di setiap taman kota.

Di taman kota itu, warga yang memiliki keahlian seni musik dapat menunjukkan keahliannya setiap hari. Mereka diberi apresiasi senilai Rp 2,5 juta per bulan dari Pemkot. Hasilnya adalah saat ini di Surabaya hampir tidak bisa dijumpai pengamen ataupun pengemis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau