Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontainer Bekas, Rumah Idaman Kaum Miskin Shanghai

Kompas.com - 17/04/2013, 16:24 WIB

KOMPAS.com — Saat ini, tak sedikit penduduk China yang datang ke Shanghai untuk memperbaiki taraf hidupnya memilih tinggal dalam kontainer-kontainer bekas. Ini memang satu pilihan sebagai solusi mengatasi mahalnya biaya sewa atau kontrak rumah di kota dengan gaya hidup nan gemerlap di Negeri Panda itu.

Permukiman kontainer bekas itu berdiri di lahan seluas 1.000 meter, tepatnya di desa yang letaknya sekitar satu jam perjalanan dari Shanghai. Lebih murahnya biaya sewa kontainer ketimbang menyewa rumah menjadi daya tarik utama para pekerja migran yang mengadu nasib di kota itu.

Untuk hidup di dalam kontainer-kontainer itu, mereka hanya harus membayar 500 yuan atau sekitar Rp 740.000 per bulan. Besaran biaya itu terbukti hanya setengah dari harga sewa apartemen di kawasan tersebut.

Memang, saat ini para pekerja migran China itu sering kali terjebak dalam masalah rumit terkait rendahnya upah kerja. Alhasil, mau tak mau mereka harus tinggal di tempat-tempat terbuka.

Namun, tak semua orang menganggap posisif "solusi" itu, terutama polisi dan pejabat Kota Shanghai. Mereka tidak setuju masyarakat urban tersebut hidup dalam kontainer-kontainer bekas.

"Mereka (semua penghuni kontainer) itu harus segera angkat kaki dari kontainer itu. Menjadikan kontainer sebagai tempat tinggal bisa mengancam keselamatan jiwa," tulis pemerintah setempat.

Zhang Baofa, salah seorang yang menyewakan properti kontainer bagi para kaum urban, menangkis pernyataan tersebut. Baofa mengatakan, itu bukanlah tindakan melanggar hukum.

"Melanggar aturan keselamatan yang mana. Saya mengajar di Universitas China dan telah mempelajari hukum. Tak ada legalitas hukum di China mengatakan bahwa tinggal di sebuah kontainer adalah tindakan pelanggaran hukum," ucap Baofa.

Tampaknya kaum migran tersebut enggan meninggalkan "rumah" mereka itu. Mereka yang tinggal dalam kontainer itu mengaku sangat kecewa dengan sikap pemerintah. Ia menganggap, pemerintah hanya memerintahkan mereka untuk pindah tanpa memberikan solusi.

"Saya tinggal di sini, anak saya juga belajar di sini. Saya tak bisa memintanya berhenti belajar dan kembali ke tempat asal saya di Anhui. Jika itu saya lakukan, maka semuanya akan menyulitkan kehidupan anak saya," kata Wu Lin Peng, seorang pemulung besi bekas.

Li Yanxin, warga penghuni kontainer lainnya, mengaku sepakat dengan Lin Peng. Ia merasa nasibnya sama dengan Lin Peng. Menurut dia, pemerintah tidak ingin membayar ganti rugi atas kehilangan hunian mereka ini.

"Mereka tidak membantu mencarikan tempat untuk kami. Mereka juga tidak memberikan penjelasan. Jadi, ke mana saya akan pergi?" ujar Yanxin. 

Sumber www.channelnewsasia.com

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertambahan Nilai Ekonomi Berkat Sertifikat Tanah Tembus Rp 6.322 Triliun

Pertambahan Nilai Ekonomi Berkat Sertifikat Tanah Tembus Rp 6.322 Triliun

Berita
Tiga Bulan Pertama, Lippo Karawaci Raih Pra-penjualan Rp 1,5 Triliun

Tiga Bulan Pertama, Lippo Karawaci Raih Pra-penjualan Rp 1,5 Triliun

Berita
Pendaftaran Tanah lewat PTSL Capai 112 Juta Bidang

Pendaftaran Tanah lewat PTSL Capai 112 Juta Bidang

Berita
Puji Progres Bendungan Meninting, Basuki: Mudah-mudahan Agustus Selesai

Puji Progres Bendungan Meninting, Basuki: Mudah-mudahan Agustus Selesai

Berita
Pendapatan Turun, SBI Berharap pada Proyek Strategis Nasional IKN

Pendapatan Turun, SBI Berharap pada Proyek Strategis Nasional IKN

Berita
Pendapatan Waskita Beton Naik 38 Persen Jadi Rp 505,68 Miliar

Pendapatan Waskita Beton Naik 38 Persen Jadi Rp 505,68 Miliar

Berita
Jumlah Backlog Kepemilikan Rumah Berkurang Jadi 9,9 Juta

Jumlah Backlog Kepemilikan Rumah Berkurang Jadi 9,9 Juta

Berita
Kuartal I-2024, Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen

Kuartal I-2024, Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen

Berita
[POPULER PROPERTI] Pasok Material Tol Padang-Sicincin, HK Kolaborasi dengan Korem 032/Wirabraja

[POPULER PROPERTI] Pasok Material Tol Padang-Sicincin, HK Kolaborasi dengan Korem 032/Wirabraja

Berita
9 Jembatan Tua di Jatim Tuntas Diganti, Telan Biaya Rp 591,9 Miliar

9 Jembatan Tua di Jatim Tuntas Diganti, Telan Biaya Rp 591,9 Miliar

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pekalongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pekalongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purbalingga: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purbalingga: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Brebes: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Brebes: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kebumen: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kebumen: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Kini, Masyarakat Banyuwangi Tak Lagi Waswas soal Kepastian Tanah

Kini, Masyarakat Banyuwangi Tak Lagi Waswas soal Kepastian Tanah

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com