Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tenda Huntara, "Hunian Darurat" Nyaman untuk Keluarga

Kompas.com - 11/04/2013, 12:45 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Berbagai hal terpaksa dilakukan secara darurat, saat bencana alam terjadi. Semua dilakukan terburu-buru dan serba sementara, termasuk dalam hal penyediaan akomodasi bagi para pengungsi sehingga kerap kondisinya menyulitkan banyak keluarga melakukan berbagai kegiatannya sehari-hari. 

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum (Puslitbang Permukiman PU) mengenalkan sebuah produk berupa hunian sementara dalam bentuk tenda dua tingkat. Tenda tersebut merupakan satu dari lima produk yang diluncurkan di acara "Kolokium dan Launching Hasil Litbang Bidang Permukiman 2013" di Bandung, Selasa (9/4/2013) hingga Rabu (10/4/2013) kemarin.

Kepala Sub Bidang Standar Konstruksi dan Peneliti Struktur Puslitbang Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum Cecep Bakheri merupakan salah satu peneliti yang terlibat dalam pembuatan rancangan 'Tenda Huntara' tesebut.

"Walaupun dalam suasana mengungsi, fungsi keluarga kan harus tetap ada. Untuk itulah kita membuat tenda keluarga. Jadi, walaupun dia di tempat pengungsi, fungsi keluarga, komunikasi antar keluarga tetap terjaga," ujar Cecep kepada Kompas.com.

Tenda Huntara sebenarnya merupakan pembaruan dari Tenda Keluarga berwarna biru yang mampu menampung dua orang dewasa dan tiga anak. Cecep mengatakan, tenda yang pertama kali dibuat oleh Balitbang ini mendapat keluhan dari pemakainya. Mereka merasa kurangnya privasi antara ruang tidur dan ruang keluarga dalam tenda yang mereka tempati.

Untuk menjawab keluhan tersebut, lanjut Cecep, pihaknya membuat tenda dua lantai. Tenda tersebut dapat menampung enam orang.

Tenda baru ini memiliki rangka besi hollow 4 cm x 4 cm dengan tebal 1,2 mm. Rangka tenda ini ditutup dengan kain tenda D300 yang tahan air dan panas.

Uniknya, selain memiliki dua lantai, tenda ini juga memiliki pintu serta sistem sirkulasi udara. Hanya dalam beberapa menit, tenda knocked down ini dapat berdiri.

Cecep mengatakan, pihaknya menargetkan tenda ini dapat berdiri selama tiga tahun. Jangka waktu tersebut diharapkan sudah cukup menaungi korban hingga mereka mendapatkan tempat tinggal pengganti yang permanen.

"Saat ini, masih merupakan produk riset," ujar Cecep.

Karena itulah, lanjut Cecep, dirinya masih enggan mengutarakan biaya per unit pembuatan tenda tersebut.

"Harga laboratoriumnya masih Rp 15 juta. Kenapa Rp 15 juta, kan kalau besinya salah, kita buang. Terus kita buat lagi," ujarnya.

Cecep berharap, tenda ini dapat berfungsi dengan baik dan dimanfaatkan oleh badan-badan nasional penanggulangan bencana.

Baca juga: Melupakan Nenek Moyang yang Terlalu Jenius

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau