Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesisir Jakarta Tidak Cocok untuk Bangunan Tinggi

Kompas.com - 27/03/2013, 21:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Robert M Delinom mengatakan, saat ini kondisi tanah pesisir Jakarta mudah ambles dan lebih rendah. Kawasan ini tidak cocok untuk pendirian bangunan tinggi.

"Solusi untuk mengatasi banjir, Jakarta memang perlu dibuat zona bangunan. Daerah pesisir utara Jakarta tidak cocok untuk didirikan gedung-gedung tinggi, lebih cocok bangunan ringan saja karena tanahnya rapuh," kata Robert M Delinom di Jakarta, Selasa (26/3/2013).

Dia mengatakan, pada dasarnya daerah Depok hingga Jakarta merupakan cekungan yang memang menyimpan air. Penyedotan air tanah berlebih, pembangunan sangat intensif, dan tingginya kegiatan sehari-hari manusia di wilayah tersebut selama ini mengakibatkan perubahan signifikan terhadap kondisi lingkungan bawah permukaan cekungan Jakarta.

Amblesan tanah yang meluas menyebabkan daerah luapan banjir bertambah. Hal tersebut karena air yang mengalir dari daerah hulu tidak terbendung dan air rob dari laut semakin tinggi karena penurunan tanah. Robert menuturkan, berdasarkan penelitian ambles tanah juga terjadi di wilayah Pantai Indah Kapuk (PIK) meski tidak terjadi banjir.

"Karena sistem manajemen air yang baik di daerah sana (PIK) tidak tergenang air, tapi pada dasarnya daerah sana pun turun tanahnya," katanya.

"Dari hasil penelitian, banjir tahun 2012 bukan karena curah hujan di daerah hulu yang tinggi, tetapi justru hujan di Jakarta yang tinggi, dan air tidak terserap di Jakarta tetapi justru ’parkir’" katanya.

Karena itu, menurut dia, solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi banjir di Jakarta yakni membuat zona bangunan sesuai dengan kondisi tanah.

"Wilayah pesisir kondisi tanahnya lebih cocok untuk zona sarana umum dengan bangunan ringan, wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Timur lebih cocok untuk zona bisnis dan perumahan dengan bangunan bertingkat. Daerah Jakarta Selatan sangat baik untuk dijadikan zona penyangga air tanah dengan bangunan berhalaman luas," ujar Robert.

Sebelumnya, ia mengatakan penyedotan air tanah secara berlebihan terbukti membuat beberapa lokasi di Jakarta mengalami tanah ambles hingga 25 sentimeter (cm) per tahun.

"Data GPS (Global Positioning System) hasil penelitian dengan ITB menunjukkan subsidence rate (tanah ambles) bisa sampai 25 cm per tahun. Itu cukup tinggi untuk dislocation dari suatu bangunan," katanya.

Berdasarkan data GPS tersebut, ia mengatakan ambles tanah tercepat antara 20 hingga 25 cm per tahun terjadi di sekitar Senayan, Gedung DPR di kawasan Jalan Gatot Subroto, Joglo. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab meluasnya banjir pada awal 2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bakal Hadiri Acara WWF, AHY: Air dan Tanah Tak Bisa Dipisahkan

Bakal Hadiri Acara WWF, AHY: Air dan Tanah Tak Bisa Dipisahkan

Berita
[POPULER PROPERTI] Plus Minus Tandon Air Atas dan Bawah

[POPULER PROPERTI] Plus Minus Tandon Air Atas dan Bawah

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Situbondo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Situbondo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jombang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jombang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Pulang Dinas dari AS, AHY Sayangkan Investor Kabur karena Masalah Tanah

Pulang Dinas dari AS, AHY Sayangkan Investor Kabur karena Masalah Tanah

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sampang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sampang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Trenggalek: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Trenggalek: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumenep: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumenep: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bondowoso: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bondowoso: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tulungagung: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tulungagung: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gresik: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gresik: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com