JAKARTA, KOMPAS.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menolak pendapat sejumlah pihak, bahwa penyebab banjir di berbagai daerah termasuk DKI Jakarta disebabkan proses pembangunan yang dilakukan oleh pengembang. Pendapat tersebut harus diluruskan.
"Kami masih menghadapi beberapa masalah yang sesungguhnya bukan hal baru lagi, antara lain adanya persepsi atau citra keliru selama ini, bahwa seolah-olah pengembang menjadi penyebab bencana-bencana antara lain banjir," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Properti dan Kawasan Industri, Trihatma K Haliman di Jakarta, Selasa (19/2/2013).
Ia mencontohkan, perusahaannya juga sudah bekerja sama dengan Pusat Studi Lingkungan Hidup Institut Teknologi Bandung (PSLH ITB) dan sedang melaksanakan audit lingkungan terhadap berbagai proyek yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan. Ia juga menyatakan, bahwa kalangan pebisnis pengembang juga siap untuk menghadapi audit lingkungan terhadap proyek yang mereka kerjakan.
Sebelumnya, Kadin telah mengusulkan kepada pemerintah sejumlah langkah antisipatif di sektor kelautan dan perikanan dalam menghadapi dampak banjir.
"Bencana banjir yang kerap mengganggu kinerja dan produktivitas nelayan. Kadin mengusulkan beberapa langkah antisipasi yang dapat dilakukan pemerintah bersama-sama kalangan dunia usaha," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto, Jumat.
Sebelumnya, pakar hidrologi Universitas Indonesia Firdaus Ali mengatakan, kerugian akibat banjir di wilayah DKI Jakarta akan semakin besar jika tidak segera diatasi.
"Jika tidak diatasi, kerugian akibat banjir akan semakin besar di atas Rp 10 triliun setiap tahunnya," ujar Firdaus dalam acara pemaparan mengenai terowongan multifungsi di Jakarta, Jumat (15/2/2013) lalu.
Firdaus memaparkan, kerugian akibat banjir sepanjang banjir besar pada 2002, 2007, dan 2013 mencapai Rp 38,7 triliun. Dengan perincian kerugian akibat banjir di Jakarta pada tahun 2002 mencapai Rp 9,9 triliun, kemudian banjir 2007 mencapai Rp 8,8 triliun dan banjir 2013 mencapai Rp 20 triliun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.