KOMPAS.com - Melalui perjalanan panjang selama lebih dari 100 tahun, Gereja Katedral sampai saat ini masih berdiri kokoh. Keindahan arsitektur awal abad ke-20 pada gereja ini tetap memikat dan terekam indah dalam "tur keliling foto 360 derajat" ini.
Sejarah gereja ini bermula pada 1828, yaitu ketika Komisaris Jenderal Leonardus Petrus Josephus Burggraad Du Bus de Gisignies mencari tanah untuk membuat gereja. Tanah tersebut akhirnya ia dapatkan dengan membeli, dan bukan hibah.
Di tanah tersebut sudah terdapat sebuah bangunan. Bangunan ini kemudian mengalami sedikit perombakan. Baru pada 1880, gereja tersebut mengalami renovasi cukup besar dengan mengubah tampilan muka.
Sayangnya, pada 1890 gereja tersebut runtuh karena usang. Sementara itu, umat tetap membutuhkan gedung yang baru. Maka dari itu, perencanaan pembangunan Gereja Katedral kembali dimulai sejak 1891.
Saat itu, Pastor Antonius Djikmans SJ berperan sebagai arsitek. Namun, setelah pembangunan berjalan selama 7 bulan, pembangunan gereja terpaksa dihentikan lantaran kekurangan biaya.
Tak tinggal diam. Uskup Mgr. Edmundus Sybrandus Luypen SJ kemudian melakukan berbagai cara untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan gereja.
Di tengah proses pengumpulan dana, Pastor Antonius jatuh sakit. Namun, ia tidak dapat menunggu lebih lama dan terpaksa kembali ke Belanda pada 1894.
Marius J. Hulswit kemudian melanjutkan pembangunan Gereja Katedral. Ia melakukanya tanpa mengubah blueprint yang dibuat oleh Pastor Antonius.
Gereja ini kemudian diresmikan pada 21 April 1901 oleh Uskup Mgr. Edmundus Sybrandus Luypen SJ. Sejak saat itu, gereja yang baru saja dibangun ini kembali dinamakan dengan Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga.
Perlambang Bunda Maria
Sesuai namanya, gereja ini memang dibangun sebagai perhormatan kepada Bunda Maria. Berbagai simbol yang melambangkan Bunda Maria tersebar di seluruh gereja, mulai patung berbentuk figur Bunda Maria hingga bunga mawar. Bahkan, struktur gereja ini juga menjadi perlambang bagi Bunda Maria.
Melangkah mendekati Katedral, Anda akan disambut oleh patung Bunda Maria di antara kedua pintu utama. Di atas patung tersebut terdapat kalimat dalam bahasa Latin berbunyi "Beatam Me Dicentes Omnes Generasiones". Jika diterjemahkan, kalimat tersebut kira-kira berbunyi, "Segala keturunan menyebut aku bahagia".
Melihat lebih ke atas, Anda akan menemukan jendela besar berbentuk lingkaran dengan kaca berwarna-warni membentuk mawar. Inilah satu-satunya jendela dengan potongan kaca berbentuk mawar di Katedral. Jendela ini bernama Roseta atau Rosa Mistica, yang juga merupakan simbol Bunda Maria.
Lebih ke atas lagi, Anda juga akan melihat dua menara menjulang tinggi. Menara setinggi 60 meter ini diberi nama Menara Benteng Daud dan Menara Gading. Menara Benteng Daud di sebelah kiri gereja ini merupakan perlambang Bunda Maria melindungi manusia dari kuasa kegelapan.
Detil menara ini sepintas mengingatkan kita pada bentuk benteng kokoh yang menunjukkan nama tersebut. Sementara di sisi lainnya, Menara Gading di sebelah kanan adalah perlambang kesucian Bunda Maria.
Sebenarnya, Katedral memiliki tiga menara. Selain Menara Benteng Daud dan Menara Gading, ada juga Menara Angelus Dei yang hanya setinggi 45 meter. Lokasi menara ini berada tepat di atas pertemuan antara dua garis yang membentuk salib.
Neo-Gothic dan Ketuhanan
Hampir seluruh bagian dari gereja ini memiliki makna di balik penempatan dan pembuatannya. Dari sekedar ornamen hingga struktur bangunannya tidak lepas dari pemaknaan.
Selain menjadi devosi bagi Bunda Maria lewat ornamen, patung, dan jendela, denah gereja ini bahkan berbentuk salib. Karena dibangun dengan menggunakan gaya arsitektur neo-gothic seperti bangunan-bangunan lain di Eropa pada awal abad ke-20, di gereja ini Anda akan sering bertemu dengan berbagai bentuk daun dan bunga.
Koordinator Museum Katedral Susyana Suwadie mengatakan, konsep zaman Gothic timbul karena keinginan memurnikan kembali hubungan antara manusia dengan Tuhan. Karena itulah, bentuk-bentuk lengkungan yang mengerucut ke atas menyerupai daun akan mudah Anda temukan di dalam Katedral.
Salah satu contoh kerucut daun itu hadir pada langit-langit gereja. Ia menjadi perlambang akan hubungan antara manusia dengan keagungan Sang Pencipta.
Namun, meski sama-sama dibangun dengan gaya neo-gothic, Gereja Katedral memiliki perbedaan dengan gereja lain di Eropa. Perbedaan unik tersebut berada pada bahan pembuat dinding Katedral. Jika pada umumnya Katedral dibuat menggunakan batu alam, Katedral Jakarta justru menggunakan batu bata.
Kemungkinan besar, material lokal ini dipilih untuk mengantisipasi gempa yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Hanya rangka besi yang didatangkan langsung dari Belanda. Selain itu, batu bata dan kayu jati untuk langit-langit Katedral merupakan hasil bumi Indonesia.
Semakin mengagumi eksterior serta konstruksi gereja ini, Anda juga akan semakin kagum dengan interior gereja yang dibuat dengan penuh perhatian dan detil. Di dalam, Anda akan menemukan setidaknya sembilan ruangan.
Ruangan pertama yang Anda temukan jika masuk melalui pintu utama adalah sebuah foyer. Susy mengatakan, sangat penting menghadirkan ruang kecil ini bagi umat.
"Zoning atau orientasi ruangan membantu siapapun yang masuk ke ruangan agar mampu menyesuaikan diri untuk menghadapi ruang yang lebih suci," ujarnya.
Melewati foyer, Anda akan menjumpai "panti umat", yaitu sebuah ruangan besar berisi deretan kursi panjang tempat umat beribadah. Ruangan ini dapat menampung hingga 700 umat.
Selain berisi deretan kursi, di tempat ini juga terdapat mimbar buatan Firma Te Poel & Stoltefusz dari Den Haag. Mimbar dengan penutup menyerupai kerang ini memiliki detil sangat unik dan mengagumkan.
Anda juga akan menemukan tiga level dalam mimbar tersebut. Level paling bawah berukir berbagai hewan, makhluk-makhluk penghuni neraka. Level di tengah berisi cerita ketika Yesus tengah mengabarkan Injil.
Adapun level teratas menggambarkan surga. Kerang yang tampak seperti "tudung" mimbar ini sendiri berfungsi sebagai akustik yang mampu membesarkan suara imam ketika menyampaikan kotbah.
Di kanan dan kiri "panti umat" masing-masing terdapat dua ruang tempat umat menjalankan sakramen pengakuan dosa. Meski tidak dibatasi dinding, di depan "panti umat" terdapat ruangan bernama "panti imam" yang sedikit lebih tinggi dari "panti umat".
"Panti imam" merupakan tempat altar utama, serta Altar Santa Maria di sebelah kiri, dan Altar Santo Yosef di sebelah kanan. Selain itu, di "panti imam" ini juga terdapat tahta uskup yang dikenal dengan sebutan "Kathedra" di sisi kiri altar utama.
Di belakang "panti imam", Anda akan menemukan ruang sakristi. Ruang dengan akses pintu dari kanan dan kiri altar tersebut berfungsi sebagai ruang bersiap bagi para imam dan para petugas misa. Selain itu, ruang ini juga berfungsi sebagai ruang penyimpanan keperluan misa.
Bagian terakhir gereja ini adalah ruang mezzanine atau balkon. Dari ruang ini, Anda dapat langsung melihat mimbar di bawahnya.
Ruang ini dapat Anda akses melalui tangga lewat pintu yang berada tidak jauh dari pintu masuk utama setelah melewati foyer. Ruang tersebut kini digunakan sebagai lokasi Museum Katedral dan tempat menaruh orgel.
Museum
Museum Katedral lebih tepat disebut dengan "tempat penyimpanan" untuk semua mata. Sejak 28 April 1991, ruang mezzanine atau balkon tersebut digunakan sebagai museum. Ruang ini didirikan oleh Pastor Rudolphus Kurris SJ dan diresmikan oleh Mgr. Julius Darmaatmadja SJ.
Di museum ini Anda akan menemukan berbagai benda koleksi Katedral serta sejarah gereja katolik di Indonesia. Umumnya, benda-benda koleksi di tempat ini merupakan barang-barang yang pernah digunakan di dalam Gereja Katedral.
Mungkin, Anda bertanya-tanya, bagaimana merawat berbagai koleksi berusia ratusan tahun, relikui suci, serta benda-benda bersejarah yang terkait dengan gereja ini?
Saat ini, ada 12 sukarelawan bertanggung jawab mengawasi dan merawat barang-barang koleksi museum tersebut. Mereka juga sesekali menerima undangan dari Museum Nasional untuk pendidikan singkat dalam merawat benda-benda kuno.
Kini, berkat kerja keras para sukarelawan tersebut, Museum Katedral sempat menerima menghargaan Museum Terbaik Kategori Cagar Budaya dari Museum Award DKI di 2011.
Baca juga: Yuk..."Tur Keliling" ke Rumah Murah Rp 25 Juta!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.