JAKARTA, KOMPAS.com - Keberhasilan kawasan Serpong, Tangerang, berkembang menjadi area perumahan dan permukiman termahal dinilai karena besarnya pengaruh pembangunan institusi pendidikan. Serpong kini dilengkapi dengan banyak pusat pendidikan baru dan bertaraf internasional.
"Kunci sukses perumahan itu ada pada pusat pendidikannya, serta mudah menuju tempat kerja. Kalau itu dipenuhi, maka kondisinya seperti Serpong saat ini," kata Indra Widjaja Antono, Direktur Marketing Agung Podomoro Group, pada media gathering di Jakarta, Selasa (17/7/2012).
Melihat kesuksesan kawasan Serpong, Tangerang, Indra mengatakan, APG memilih tidak ikut membangun di kawasan tersebut. Menurut dia, hal itu karena lokasi di sana sudah penuh sehingga APG memilih membidik lahan baru.
"Kami tidak akan mencoba head to head dengan para pengembang di Serpong maupun Tangerang. Kami lebih pilih mengembangkan kawasan lapis kedua, seperti Karawang, Jawa Barat," katanya.
Seperti diketahui, kawasan Serpong saat ini semakin dipadati berbagai institusi pendidikan, yang sebagian merupakan sekolah-sekolah berstandar internasional. Beberapa perguruan tinggi terkenal juga membangun kampusnya di kawasan ini, misalnya Binus University, Swiss-German University, Prasetiya Mulya Business School, Universitas Multimedia Nusantara dan Universitas Tarumanegara.
Maraknya institusi pendidikan tersebut diimbangi dengan munculnya kantong-kantong perumahan baru, ruko, area komersial, dan fasilitas umum. Dukungan secara lengkap dalam kawasan ini mengakibatkan harga tanah di kawasan Serpong dinilai termahal untuk kawasan di luar Jakarta.
Senior Associate Director Office Service Colliers International Indonesia, Sutrisno R Soetarmo, mengatakan harga tanah di kawasan ini sudah mencapai Rp 10 juta per meter persegi. Mahalnya harga tanah dikarenakan pengaruh tiga pengembang besar di kawasan itu, yakni Sinarmas Land dengan perumahan BSD City, PT Alam Sutera Realty Tbk dengan perumahan Alam Sutera dan Summarecon dengan perumahan Summarecon Serpong.
Sutrisno mengatakan, masuknya ketiga pengembang besar itu ke Serpong membuat wilayah ini mengalami booming properti, terhitung mulai 2011. Otomatis, kata dia, naiknya harga tanah diikuti dengan harga rumah di Serpong yang meroket sampai 50 persen setiap tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.