Oleh Budi Triadi
KOMPAS.com - Properti termasuk menjadi produk yang berada di dua alam. Kenapa disebut dua alam? Karena, properti dapat berfungsi sebagai tempat hunian sekaligus dapat menjadi produk investasi.
Sebagai produk investasi, sebenarnya properti sudah sering dimanfaatkan oleh para pendahulu kita. Di beberapa daerah, para pendahulu atau orangtua kita sering membeli tanah dengan harapan harganya akan naik di masa-masa mendatang. Konsep yang hampir sama dengan ketika mereka rajin membeli emas perhiasan.
Secara umum, properti sendiri dapat berbentuk tanah atau bangunan. Properti bisa dimanfaatkan menjadi investasi karena di masa depan terdapat kemungkinan harganya akan naik. Properti akan mengalami kenaikan harga di masa depan dengan logika, bahwa jumlah lahan yang tersedia semakin terbatas.
Kenaikan harganya sendiri bisa dilihat minimal dari NJOP (nilai jual obyek pajak) yang selalu naik setiap tahun. Di satu sisi, sebagaimana produk investasi lain, properti juga memiliki kandungan risiko bahwa harganya tidak naik atau malah jatuh. Jika memang lahan terbatas, lalu ada kemungkinan harganya turun?
Bayangkan, jika ketika Anda membeli properti, baik tanah atau bangunan, ternyata di daerah tersebut terdapat kandungan radiasi nuklir. Tentu semua orang akan berpikir ulang untuk membeli properti di daerah tersebut, yang pada akhirnya membuat permintaan dan harga properti menjadi turun.
Harga, lokasi dan daya beli
Untuk berinvestasi di properti, menurut beberapa sumber yang bergiat sebagai developer, harga rumah yang laris manis di masyarakat berada di rentang harga Rp 1,8 miliar - Rp 2,5 miliar. Di rentang harga ini, masih ada daya beli masyarakat, dan pihak bank pun masih relatif terbuka untuk menyalurkan KPR (kredit pemilikan rumah).
Tiga poin penting yang perlu diperhatikan ketika akan membeli properti adalah lokasi, lokasi, dan lokasi. Anda pasti sudah sering mendengarnya dari acara properti. Dan, pada kenyataannya, memang seperti itulah adanya.
Lokasi menjadi kunci penting dalam pemilihan properti. Teori yang berlaku umum adalah semakin strategis suatu lokasi akan semakin mahal harganya. Hal ini memang benar. Tapi, yang perlu diperhatikan adalah ketika harga terus merangkak naik, akan sampai setinggi apa? Dan, apakah di harga yang setinggi itu, ada orang yang mau atau mampu untuk membelinya?
Hal ini penting, karena sestrategis apa pun lokasi properti Anda dan setinggi apa pun kenaikan harganya, pada akhirnya para calon pembeli yang akan memutuskan, mereka mau dan mampu untuk membelinya. Jika tidak ada yang berminat, maka akan menjadi kerugian bagi Anda, karena pasti properti itu akan membutuhkan biaya perawatan dan lain-lain. Istilah lainnya, Anda nombok!
Tentu, dalam mempertimbangkan lokasi, ada baiknya Anda melakukan survei kecil-kecilan terlebih dahulu. Cobalah kunjungi daerah properti tersebut pada saat hari kerja, pada saat libur, atau bahkan pada saat musim hujan. Beberapa pengembang properti menyebutkan, properti yang mereka tawarkan hanya berjarak sekian menit dari pusat kota. Maka, coba Anda lakukan survei, apakah memang benar yang dinyatakan oleh pengembang.
Coba juga Anda lihat kondisi daerah tersebut ketika hujan. Jangan sampai, Anda membeli properti yang ternyata rutin terendam banjir setiap hujan turun. Anda juga bisa lakukan cross-check ke orang-orang yang biasa beraktivitas di sekitar daerah tersebut.
Jadikan aset produktif
Berinvestasi di properti, cenderung membutuhkan modal tinggi, baik dalam bentuk tanah atau pun rumah. Hal ini membuatnya tak mudah untuk diakses sebagai investasi. Untuk berinvestasi di properti, Anda bisa memanfaatkan fasilitas KPR.
Berinvestasi properti dengan memanfaatkan KPR lebih baik jika properti tersebut menjadi aset yang produktif. Maksudnya, properti tersebut bisa memberikan sumber penghasilan pasif rutin per bulan yang lebih tinggi daripada besar cicilan bulanan KPR. Caranya?
Sebutlah misalnya, Anda memiliki investasi properti dalam bentuk rumah. Maka, rumah itu dapat Anda kontrakkan atau dijadikan kos-kosan. Penghasilan sewa per bulan dapat Anda pakai untuk menutup cicilan KPR-nya. Jadi, pada akhirnya, properti bisa Anda manfaatkan sebagai wahana berinvestasi.
Tapi, karena harganya yang mahal dan jumlahnya terbatas, cara ini akan membutuhkan beberapa perhatian sehingga Anda tidak salah dalam membelinya. Anda pun bisa memanfaatkan properti milik Anda sebagai penghasil passive income, tak harus menunggu harganya meningkat di masa depan.
Terakhir, apabila Anda ingin membelinya dengan fasilitas KPR, pastikan bahwa cicilannya dapat diakomodasi oleh kondisi kesehatan keuangan Anda.
Selamat berinvestasi properti!
(Penulis adalah Perencana Keuangan Akbar's Financial Check Up)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.