JAKARTA, KOMPAS.com — Konsultan properti Fransiskus Xaverius Mardi Rahardja mengatakan, pengembangan properti luar Jawa akan semarak di tahun 2012. Proyek-proyek potensial masih residensial.
Namun, menurut dia, masyarakat Indonesia belum siap dengan high rise building.
"Masyarakat kita masih jauh dari Singapura yang punya banyak bangunan tinggi. Di daerah, lahan masih luas, jadi rumah tapak masih idola. Di sinilah developer bersaing," kata Mardi di Jakarta, Selasa (4/10/2011).
Indra Antono, Direktur Pemasaran PT Agung Podomoro Land Tbk, mengatakan, pengembang memang agresif ke daerah dengan memanfaatkan perubahan karakter dan daya beli masyarakat daerah.
"Trennya terbalik. Di luar Jawa lahannya luas, tapi penduduknya sedikit. Kalau di Jakarta tren rumahnya minimalis, di daerah justru doyan yang besar-besar," kata Indra.
Maka, ia melihat properti landed house di luar Jawa paling potensial. Di Samarinda, Agung Podomoro memiliki 17 hektar lahan dan akan diperluas dengan 5 hektar-6 hektar lagi. Tiap unit rumah yang dibangun berukuran 120 m², harganya Rp 600 juta. Indra berujar, masyarakat Kalimantan agak unik lantaran kurang suka dengan rumah murah.
"Pembeli rumah kebanyakan pekerja perusahaan besar. Kalau orang lain tahu rumahnya Rp 150 juta, dia minder," tutur Indra. (Maria Rosita)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.