Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Trotoar Keren, Apa Sih Salahnya?

Kompas.com - 14/07/2011, 14:14 WIB

Oleh Abun Sanda

KOMPAS.com - Tiap kota dunia mempunyai ciri khas yang memesona. Paris dengan Arc de Triomphe dan Champs Elyaseess. Tokyo dengan Ginza, Shinjuku, menara Tokyo, dan hutan kota dan sebagainya. Juga, Sydney dengan gedung operanya, New York dengan patung Liberty serta Times Square, atau San Fransisco dengan Golden Gate-nya. Bagaimana dengan Jakarta?

Adapun Jakarta memiliki banyak kawasan memesona. Lihatlah Ancol yang menawan, Ancol yang langsung berbatasan dengan laut. Lalu, silang Monas yang atraktif, mal-malnya yang berkelas dan sebagainya. Atau, lihatlah Dubai yang infrastrukturnya serba kelas dunia.

Washington DC, ibu kota Amerika Serikat yang fenomenal, memiliki banyak bangunan yang membuat warga dunia mimpi-mimpi hendak ke sana. Ada bangunan elok untuk mengenang salah seorang presiden terbaik Amerika Serikat, Abraham Lincoln. Ada gedung putih, gedung Capitol, Pentagon, gedung keuangan dan sebagainya.

Dilihat dari bangunan-bangunan itu, ada aspek lain yang membuat Washington DC menawan. Kota ini mempunyai banyak jalur khusus untuk sepeda.

Jangan keliru menduga. Pengguna sepeda di sini umumnya keren-keren. Ada yang mengenakan jas dan berdasi, bahkan mengenakan rok mewah dan blazer. Tetapi, mereka mengayuh sepeda dengan penuh semangat. Mengenakan pantalon mengilap dan hem luks, tetapi mengayuh sepeda dengan gegap gempita. Ia ramah menyapa sesama pesepeda, wajahnya memancarkan gairah hidup mengagumkan. Di punggungnya terdapat ransel kerja amat bersih.

Menariknya, kita dapat leluasa menyaksikan para pesepeda melaju dari trotoar yang amat bersih, penuh pohon dan kembang aneka warna. Hampir tidak pernah tampak ada sampah dan ludah manusia menggeletak di trotoar itu.

Daun-daun yang gugur pun dengan cepat dibersihkan petugas kebersihan kota. Maka, hampir seluruh trotoar di Ibu Kota Amerika Serikat ini bersih, sebersih lantai kamar mandi kebanyakan orang Indonesia.

Muhammad Alie Riyad, warga Washington DC menuturkan, ia suka berjalan jauh, sejauh kakinya mampu melangkah karena sungguh merasakan kenyamanan menyusuri trotoar kota Washington DC. Lantainya bersih, dari batu granit dan sebagian bahkan dari batu pualam.

Riyad mengaku terpesona pada konsistensi otoritas kota membersihkan lantai trotoar. Lantai yang kotor karena tumpahan minuman soda atau ice cream dengan cepat dibersihkan sehingga trotoar itu kinclong lagi.

Tepian trotoar pun selalu memukau dipandang. Dindingnya dari batu granit berkelas, lantainya pun demikian.

Ada dua hal yang sangat menarik dibahas di sini. Pertama, batas antara trotoar dengan aspal. Di DKI Jakarta, batas ini kerap menjadi timbunan sampah, diberi batu bata merah keras sehingga tepiannya yang bersisian dengan selokan itu selalu bersih. Di Washington DC, batu batanya diberi semen putih sehingga ada kontras warna di situ, dan inilah salah satu sisi menarik dari trotoar Washington DC, yaitu tidak ada ruang untuk menjadi tempat timbunan pasir, debu dan daun-daun berguguran. Semuanya memang bersih.

Kedua, semua tepian trotoar di Washington DC selalu dihiasi pohon dan bagian bawah pohon ditanami aneka jenis kembang warna-warni. Para pejalan kaki pasti akan senang karena mendapatkan pemandangan nan sedap di mata. Perjalanan jadi tidak membosankan, malah banyak memberi inspirasi yang mencengangkan.

Usahawan Sofjan Wanandi bercerita, ia sangat suka main ke negara-negara maju, terutama Jepang dan AS. Alasannya sederhana, trotoar di negara-negara tersebut lebar, amat bersih dan tepiannya dihuni taman penuh warna.

"Saya sangat happy berjalan kaki, berjalan sejauh mungkin, sampai saya merasa letih. Jalan kaki kan menyehatkan dan menyenangkan. Pemandangan bagus, kebersihan trotoarnya menakjubkan. Udara yang berhembus bersih. Kita lalu merasa terlampau manja kalau sedikit-sedikit mencari taksi," ujar Sofjan Wanandi baru-baru ini.

Ia mendesak para gubernur dan wali kota di Indonesia untuk memberi perhatian ekstra pada trotoar. Bagi Sofjan, jalur untuk pejalan kaki tidak saja menyehatkan, tetapi juga menjadi bingkai sebuah kota, atau bisa pula menjadi indikator apakah sebuah kota diurus dengan baik dan benar.

Menurutnya, kalau trotoar tidak ada, wali kota atau gubernurnya tidak mempunyai visi, pun tidak mempunyai peradaban tinggi. "Masak pejalan kaki dibiarkan menyusuri jalan raya di kota-kota Indonesia, yang kita tahu sendiri sangat berbahaya. Mobil dan motor melaju kencang kendati kemacetan cukup menghambat," ujarnya.

Sofjan benar. Kita memang kerap abai terhadap hal-hal yang terkesan "sepele", tetapi sebetulnya amat penting. Kita tidak hirau pada pendapat, bahwa trotoar yang baik akan mengurangi kemacetan. Kita lupa, bahwa kita akan rela berjalan kaki sampai lima kilometer, tetapi dengan catatan trotoarnya baik dan bersih. Ada pula pohon pelindungnya.

Sejauh ini sudah tampak ada usaha membuat trotoar yang baik, misalnya di sepanjang Jalan MH Thamrin dan sebagian Jalan Jenderal Sudirman. Tetapi, gerakan ini tidak konsisten sebab hanya jalan-jalan tertentu yang disentuh trotoar. Nah, bagaimana kita hendak diajak berjalan kaki kalau trotoarnya tidak ada?

Ada juga yang trotoarnya ada, tetapi sebagian besar dalam kondisi rusak. Dan, uap selokannya bukan main busuknya.

"Bikin trotoar yang bagus apa sih salahnya?" kata Sofjan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau