KOMPAS.com - Anda seorang pekerja kantoran, pernah mengalami sindrom bangunan sakit (sick building syndrome atau SBS)? Kalau dibiarkan SBS akan menyumbang indikasi penyakit legionellesis dengan gejalanya seperti pusing, iritasi pada mata dan hidung, gamang, lelah, dan sesak nafas.
Seorang yang terkena SBS dan terjangkit penyakit Legionellesis akan mengakibatkan produktifitas kerjanya menurun. Nah, tak mau hal ini menimpa Anda atau karyawan Anda, informasi berikut ini patut disimak.
Menurut peneliti Litbang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Faisal Yatim, SBS adalah sebuah situasi dimana para penghuni gedung mengalami permasalahan kesehatan dan ketidaknyamanan karena banyaknya waktu yang dihabiskan dalam bangunan. SBS terjadi terkait dengan pengaturan introduksi udara luar, pemilihan material yang rendah VOCs dan pemeliharaan kebersihan saluran ventilasi udara.
Bayangkan bila 80 persen waktu Anda di dalam ruangan, dengan penggunaan pendingin ruang bisa sampai 64 persen, sementara ventilasi atau pertukaran udara tidak lancar. Bisa ditebak, akan mengakibatkan kontaminasi udara ruang dengan material berbahaya dari mesin fotokopi, perabot dan panel kayu. Sumber polutan lainnya yang bisa mengakibatkan SBS dari asap rokok, emisi material, partikel dan mikroba, bio effulent (ekskresi dan respirasi manusia seperti CO2, bau), dan asap kendaraan
Upaya pencegahannya, dengan melihat sumber-sumber polutan terlebih dahulu.
Sumber polutan asap rokok
Seperti diketahui, rokok mengandung nikotin dan zat-zat berbahaya bagi tubuh baik perokok aktif maupun perokok pasif. Karena itu, gedung-gedung perkantoran wajib memberlakukan aturan dilarang merokok dalam gedung. Ini termuat dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2003 dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta no 88 tahun 2010.
Sumber polutan emisi material
Tahukah Anda bahwa bahan-bahan pembuat material dalam gedung bisa menjadi sumber polutan dan mengandung VOCs. VOCs atau Volatile Organic Compound adalah senyawa organik yang tidak menguap, terkait dengan kesehatan dan kenyamanan penghuni yang berada di dalam gedung. Sebaiknya, Anda menghindari penggunaan kayu komposit, cat, coating, perekat atau karpet yang mengandung kadar Vocs formaldehida tinggi karena membahayakan kesehatan. Atau pilihlah material finishing dan furnishing yang sudah memalui sertifikasi kandungan atau emisi material.
Sumber polutan partikel dan mikroba
Menurut penelitian, ternyata jumlah mikroba di dalam ruang hampir setengah dari total kontaminasi udara. Mikroba dan polutan partikel bisa muncul salah satunya dari buruknya pemeliharaan dan perawatan kebersihan sistem pendingin dan menara pendingin.
Cara pencegahannya, pertama, lewat pembersihan sistem pendingin udara secara rutin. Hal ini dilakukan untuk menghindari akumulasi debu yang tebal dan mencegah berkembangnya mikrobia.
Kedua, isolasi ruangan yang menghasilkan polutan udara (ruang foto kopi, percetakan, dapur, janitor) dengan memasang exhaust system dan mencegah masuknya polutan udara tersebut ke return air gedung. Ketiga, memasang sistem pencegah polutan (keset) di pintu masuk reguler. Keempat nyalakan kipas AC sekitar satu jam sebelum orang memasuki ruangan atau gedung untuk menghindari konsentrasi puncak partikel dalam beberapa menit pertama. (Natalia Ririh)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.