BANDUNG, KOMPAS.com - Berkomitmen sebagai kota mandiri, pengembang PT. Belaputera Intiland yang mengembangkan Kota Baru Parahyangan (KBP) bertekad untuk mengurangi kepadatan kota Bandung dan sekitarnya. Kota Baru Parahyangan diproyeksikan akan menjadi kota mandiri dengan fasilitas dan fungsi perkotaan lengkap dalam kurun waktu 20 tahun.
"Kami memproyeksikan KBP akan dihuni 100.000 orang lebih, dan diharapkan menjadi kota mandiri yang memberi kesejahteraan bagi penghuni maupun masyarakat sekitarnya," kata Presiden Direktur PT. Belaputera Intiland, Sanusi Tanawi, kepada wartawan dalam acara media briefing di Bale Pare, Kota Baru Parahyangan, Padalarang,Bandung, Selasa (15/3/2011).
Menjadi kota mandiri pertama di Bandung, diakui oleh Sanusi membutuhkan kerja keras. "Sejak tahun November 2000 kami mulai membangun. Memang tidak mudah karena harus membentuk komunitas. Tapi kita lihat kota mandiri Bumi Serpong Damai (BSD), populasi di awalnya susah namun berhasil," paparnya.
Kota Baru Parahyangan dibangun sendiri telah melewati tahap pertama pembangunan sejak November 2000. Tahap selanjutnya, pembangunan 10 tahun berkonsentrasi membangun town center, area lapangan golf 18 hole, landed house, dan proyek komersial lainnya. "Luas tanah kami 1.250 hektar termasuk tanah untuk danau 200 hektar. Dari 1.050 hektar baru terbangun 20 persen. Jadi masih ada sekitar 800-an hektar yang akan kami bangun," ujarnya.
Mengusung visi dan spirit sebagai kota pendidikan, fasilitas lengkap yang memenuhi gaya hidup, dan berwawasan ramah lingkungan, Kota Baru Parahyangan memandang sebagai keunggulan dari proyek properti lainnya.
Menurut Marketing Manajer Kota Baru Parahyangan, Raymond Hadipranoto, keunggulan KBP berdasarkan pada tiga pilar yakni spirit pendidikan, lingkungan dan budaya. "Memang dari segi pengusaha kami memikirkan unsur bisnis. Tapi, kami ingin berbagi kepada pengembang properti lainnya bahwa dengan konten lokal mampu bersaing dan diapresiasi baik oleh lokal maupun asing," katanya.
Kota Baru Parahyangan mengangkat konten lokal dan berpedoman pada tiga pilar, mengadopsi akar budaya Sunda seperti tokoh-tokoh sejarah Prabu Siliwangi untuk penamaan cluster (tatar), seperti Tatar Wangsakerta, tatar Pitaloka, tatar Banyaksumba, tatar Rambutkasih, dan tatar Mayangsunda.
KBP mengadopsi langgam arsitektur Indo Eropa dalam desain rumah, ruko maupun beberapa fasilitas. Gaya Art Deco, Victoria, dan gaya kolonial bangunan Bandung Tempo Dulu. KBP membangun fasilitas pendidikan, membangun pintu gerbang berkonsep astronomi dan tata surya, membangun beberapa jembatan dengan metodologi struktur berbeda, membangun taman-taman tematik pendidikan, dan bangunan edukatif seperti Sundial, Bale Seni Barli, 4D theater, dan spice educity. (Natalia Ririh)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.