Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangkitkan Tradisi Lisan Gorontalo

Kompas.com - 14/02/2011, 21:50 WIB

GORONTALO, KOMPAS - Komunitas Sastra Tanpa Nama atau KSTN di Provinsi Gorontalo meluncurkan jurnal kebudayaan Tanggomo, Senin (14/2/2011) di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo, di Kota Gorontalo. Tanggomo adalah sebuah tradisi bertutur atau bercerita di Gorontalo yang nyaris punah. Peluncuran jurnal ini juga dibarengi dengan pameran foto bertajuk Katakan dengan Cinta.

Tanggomo merupakan kata dari bahasa Gorontalo yang berarti menampung. Orang yang menembangkan Tanggomo disebut sebagai Ta Motanggomo atau Patanggomo. Penyampaian Tanggomo bisa disampaikan secara bertutur atau dengan iringan alat musik, seperti kecapi atau marwas. Kisah yang disampaikan Ta Motanggomo berbagai macam, bisa tentang sejarah atau peri stiwa yang tengah terjadi di masyarakat saat itu.

Tradisi Tanggomo di Gorontalo nyaris punah. Lewat jurnal kebudayaan ini, kami ingin membangkitkan kembali tradisi bercerita yang tertuang dalam sebuah buku, bukan lagi lisan. Isinya bisa menyangkut segala macam persoalan tetapi dalam perspektif kebudayaan, kata Syam Teradjana, salah satu penggagas jurnal kebudayaan Tanggomo, di sela-sela peluncuran jurnal.

Syam mengatakan, Ta Motanggomo ibarat radio atau penyiar tradisional. Mereka memiliki latar kebudayaan bermacam-macam, seperti nelayan atau pedagang. Namun, sulit sekali dilacak kapan tradisi ini pertama kali muncul. Karena tradisi Tanggomo ini, imbuh dia, banyak sekali peristiwa bersejarah di Gorontalo tidak tercatat atau memiliki bukti berupa artefak.

Pada peluncuran jurnal ini juga diiringi pameran foto bertajuk Katakan dengan Cinta . Ada 42 foto dipamerkan yang merupakan karya 11 pemotret di Gorontalo. Menurut Rosyid Azhar, penyelenggara pameran ini, foto yang dipamerkan tidak melulu menggambarkan cinta berbau seksualitas. Bahkan, ada foto yang dipamerkan adalah foto bentor (becak motor, moda angkutan umum di Gorontalo), foto capung hinggap di atas daun, dan sebagainya.

"Terserah foto ini mau dimaknai seperti apa oleh penikmatnya," kata Rosyid.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com