Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Palembang dr Gema Asiani, Selasa (25/5) di Palembang. Dia menjelaskan, jika ditinjau dari aspek topografi, daratan Kota Palembang terletak hanya sekitar delapan meter dari permukaan air laut.
Jika hal tersebut ditelaah dari sisi biologis dan medis, lokasi topografi seperti ini merupakan tempat ideal untuk mendukung proses perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti atau nyamuk pembawa penyakit DBD. Kondisi inilah yang membuat status endemik sulit dihilangkan dari Kota Palembang.
”Sulit bukan berarti tidak bisa. Upaya pemerintah, terutama dinas kesehatan, menghilangkan status endemik DBD perlu disinergikan dengan upaya masyarakat. Fokusnya memberantas spesies Aedes aegypti ini mulai dari nyamuk dewasa hingga jentik-jentiknya,” katanya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang, kasus penderita demam berdarah masih dijumpai dari kelurahan-kelurahan yang berstatus endemik. Selama Januari 2010 hingga Mei 2010, Dinas Kesehatan Kota Palembang mencatat ada 395 warga yang menderita DBD. Dari semuanya itu, belum ditemukan penderita yang meninggal dunia.
Gema Asiani menambahkan, nyamuk pembawa penyakit DBD ini bisa berkembang biak lebih cepat jika dipicu sejumlah faktor, misalnya masyarakat menerapkan pola hidup kurang bersih, pola mobilitas yang tinggi, dan tingginya tingkat kepadatan permukiman maupun jumlah penduduk di suatu daerah.
”Kebetulan sebagian wilayah di Kota Palembang punya karakteristik seperti ini. Perlu juga diketahui warga bahwa musim hujan merupakan saat yang tepat bagi nyamuk untuk berkembang biak karena terdapat banyak genangan air,” katanya.
Untuk mencegah munculnya penyakit DBD, menurut Gema, masyarakat harus menerapkan pola hidup bersih lingkungan dan bersih permukiman. Salah satunya, tidak membiarkan ada genangan air di sekitar rumah. Jika sudah telanjur terjangkit DBD, dibutuhkan proses lama untuk sembuh. Apalagi, saat ini pihak medis belum memiliki vaksin khusus untuk mencegah penyakit DBD.
Meski pada tahun 2010 ada 97 kelurahan di Palembang yang berstatus endemik DBD, dinas kesehatan menyatakan, jumlah warga Palembang yang menderita DBD terus menurun setiap tahun.
Mengacu data dinas selama dua tahun terakhir, jumlah penderita DBD di Palembang pada tahun 2009 menurun cukup tajam jika dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2008 jumlah penderita DBD sebanyak 1.581 orang, berkurang menjadi 468 orang tahun 2009. Jumlah warga penderita DBD yang meninggal dunia juga berkurang. Jika pada tahun 2008 ada 7 penderita DBD meninggal dunia, tahun 2009 korban meninggal dunia turun menjadi 2 orang.
Menurut Gema Asiani, penurunan kasus DBD dari tahun ke tahun dicapai dengan susah payah. Hal itu bisa terwujud karena pemerintah setempat selalu menganggarkan biaya yang tidak kecil untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang bersifat pencegahan. Hal itu, misalnya, tahun 2009, Pemkot Palembang mengalokasikan dana Rp 850 juta. Dana itu dipakai untuk upaya pencegahan, antara lain pengasapan dan penyuluhan warga.