Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Tahan Laju Kenaikan Harga Properti

Kompas.com - 19/02/2010, 05:01 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - Pemerintah China mengambil langkah untuk mengekang kenaikan harga properti, di tengah kekhawatiran bahwa spekulasi dan pertumbuhan eksplosif pinjaman bank dapat menyebabkan gelembung harga aset.

Salah satu langkah terbaru, sejumlah bank besar memiliki aturan keras soal pinjaman bagi pengembang properti dan pengurangan kuota pinjaman tahun 2010.

Industrial and Commercial Bank of China (ICBC), bank pemberi pinjaman terbesar, menyebutkan akan menghentikan memberi pinjaman kepada pengembang properti tanpa modal ataupun tanpa mengantungi izin, bahkan akan mengambil kembali uang pinjaman dari mereka yang menimbun tanah dan rumah.

China Construction Bank telah mengatur kuota pinjaman baru untuk tahun 2010 ini menjadi 750 miliar yuan (atau 109,8 miliar dollar AS), turun dari 950 miliar yuan yang diberikan tahun 2009.

Banyak bank lainnya juga memotong diskon hipotek, setelah People's Bank of China dan Komisi Regulator Perbankan China memerintahkan untuk tetap menjaga pertumbuhan pinjaman dari risiko kredit dan gelembung aset.

Hukuman
Komisi Perencanaan Kota Beijing hari Selasa mengatakan telah menolak rencana perubahan lahan di pusat kota, salah satu transaksi tanah termahal tahun lalu.


Fangxing Property, anak perusahaan negara Sinochem, memenangkan tawaran lahan seluas 155.900 meter persegi senilai 4,06 miliar yuan Juni 2009 lalu. Perusahaan properti yang dikenal denganm sebutan "raja tanah" itu akan membangun gedung-gedung lebih tinggi, dan mengubah peruntukan lokasi yang sebelumnya untuk taman. Namun rencana itu ditolak oleh komisi.

Selain itu, pemerintah lokal telah mencabut hak sejumlah pengembang real estate untuk membeli lahan perumahan, menyusul keterlambatan pembayaran dan penutupan transaksi.

Biro Sumber Daya Lahan Kota Beijing pada awal Februari lalu menyatakan telah mencabut hak Beijing Dalong Weiye Real Estate Development Co, untuk membeli lahan setelah perusahaan itu kehabisan waktu untuk menandatangani kesepakatan penyerahan lahan.

Badan itu juga memutuskan untuk menjaga deposit 200 juta yuan yang sudah dibayar Beijing Dalong. Perusahaan itu milik pemerintah kabupaten Shunyi di Beijing, yang mendapatkan tawaran untuk lahan perumahan di Shunyi senilai 5,05 miliar yuan, 20 November 2009 lalu.

Dalong tidaklah sendirian. Pemerintah Najing awal Februari lalu juga telah mencabut hak dua pengembang properti untuk membeli rencana perumahan yang mereka menangkan dalam lelang dua tahun lalu.

Pemerintah daerah disarankan untuk bekerja mengikuti aturan penjualan lahan, kata Wang Yu, seorang pengacara firma hukum Dacheng yang berkantor di Beijing.

Hukuman tepat waktu terhadap para pengembang properti yang cepat menawar tanah meski tak punya modal ini, membantu menahan kenaikan harga rumah, kata Wang.

Penjualan Tanah
Pasar properti yang bergairah memicu pertumbuhan penjualan tanah dalam jumlah yang besar tahun lalu sehingga banyak pengembang properti bergegas mencari lahan dengan harapan dapat mengambil keuntungan dari kenaikan harga tanah.

Yang Hongxu, seorang analis dari E-House China, perusahaan jasa real estate, mengatakan ketika perekonomian dalam pemulihan yang lambat, banyak perusahaan, khususnya milik negara dengan dana berlimpah, cenderung melakukan investasi dalam real estate agar cepat meraih keuntungan dan terlindung dari inflasi.

Pemerintah China menerima 1,59 triliun yuan dari penjualan tanah tahun lalu, naik 63,4 persen dari tahun sebelumnya, menurut Kementerian Sumber Daya Lahan. Penjualan tanah merupakan sumber utama pendapatan pemerintah-pemerintah lokal di China, terutama ketika sumber lainnya turun akibat resesi ekonomi global.

Kota Hangzhou di timur China memperoleh bersih 105,4 miliar yuan dari pajak penjualan tanah sepanjang tahun 2009, terbesar di antara kota lainnya di seluruh dunia, menurut China Index Research Institute. Kota Shanghai menyusul dengan 104,3 miliar yuan, sedangkan Beijing pada posisi ketiga dengan 92,8 miliar yuan.

Para pakar mengatakan pemerintah daerah harus mempercepat restrukturisasi ekonomi dan mengurangi ketergantungan dari penjualan tanah untuk pendapatan fiskal, karena ketergantungan itu membuat pemerintah daerah enggan mengendalikan harga tanah.

Zeng Yesong, seorang peneliti mengatakan, untuk mengekang kenaikan harga rumah, prioritas harus diletakkan pada mereformasi alokasi pendapatan dari penjualan tanah antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, untuk mengurangi dorongan mengambil keuntungan dari penjualan tanah.

Kunci Pertumbuhan?
Sektor real estate di China memberi kontribusi sekitar 20 persen dari investasi asettetap dan sekitar 10 persen dari GDP, demikian analis mengungkapkan. Hal ini menimbulkan pertanyaan dan memicu kontroversi: apakah sektor ini telah "menculik" ekonomi China, dengan ketidakinginan pemerintah mengambil langkah-langkah sulit untuk mengekang harga karena khawatir itu akan menurunkan pertumbuhan GDP?

Para analis mengatakan harga rumah yang tinggi juga melekukkan konsumsi pribadi, ketika sebuah apartemen di kota besar dapat menjadi tabungan untuk tiga generasi. "Ketika pasar properti pulih dengan cepat tahun ini, harga-harga rumah di sejumlah kota juga naik sangat cepat. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah pusat," kata PM China Wen Jiabao kepada Xinhua akhir Desember lalu.

Harga rumah di 70 kota besar dan menengah, meningkat 7,8 persen pada Desember 2009 dibandingkan tahun sebelumnya, dan ini laju tercepat dalam 18 bulan, demikian angka resmi menunjukkan.

Foto-foto di sejumlah kota besar di China memberi peringatan: harga properti di Shenzhen naik rata-rata dua kali lipat menjadi 21.660 yuan per meter persegi pada Oktober 2009 dibandingkan pada bulan Februari ketika harga mulai merambat naik.

"Pemerintah pusat khawatir kenaikan harga rumah di sejumlah kota ini akan menyebabkan bertambahnya jumlah keluarga dari kelas menengah yang tak mampu membeli rumah," kata Wang Tao, Kepala Pusat Penelitian Ekonomi China dalam sebuah risetnya.

Namuin pemerintah berhati-hati mengambil langkah di tengah kekhawatiran, jika beberapa kebijakan yang diterapkan terlalu keras, dapat merugikan industri konstruksi -salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi China pada saat permintaan ekspor China masih lemah, katanya.

Mengingat pentingnya sektor real estate terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemerintah daerah, pemerintah pusat China akan meningkatkan pasokan rumah, daripada melakukan tindakan keras untuk mengurangi harga rumah, demikian ungkap China International Capital Corporation (CICC) yang dipimpin ekonom Ha Jiming dalam laporan risetnya. Tindakan yang terlalu keras dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi, ungkap hasil riset itu.

Pasar real estate di China mungkin masih tetap lemah pada kuartal pertama tahun ini, sebagai dampak dari pembelian besar-besaran pada akhir tahun 2009 dan spekulasi bahwa pajak dan insentif akan berakhir mengurangi jumlah pembeli rumah yang potensial. Namun harga rumah di China kemungkinan akan naik pada kuartal kedua tahun ini karena inflasi mungkin dapat meningkatkan tingkat bunga rill. (Sumber: Xinhua)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com