Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Farallon Lepas Saham, Kinerja BBCA Masih Kinclong

Kompas.com - 30/06/2009, 08:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Farallon Capital Management menjual 986 juta unit atau 3,99 persen saham Bank Central Asia (BBCA), Kamis (25/6) pekan lalu, mendorong beberapa pemegang saham publik menempuh langkah serupa. Gara-gara aksi jual saham itu, harga saham BBCA turun terus dalam tiga hari perdagangan lantai saham.

Pada penutupan perdagangan kemarin (29/6), saham BBCA berakhir di Rp 3.525 per saham, turun 0,70 persen ketimbang sehari sebelumnya (26/6). Jika menghitung dari harga Kamis lalu yang masih Rp 3.825 per saham, BBCA sudah melemah 7,8 persen.

Wakil Direktur Utama Bank BCA Jahja Setiaatmadja mengaku belum menerima penjelasan tertulis dari Farindo Investment, perusahaan bentukan Farallon, tentang penjualan saham tersebut.

Kinerja semakin baik

Tapi menurut analis, langkah Farallon melepas saham BBCA tersebut bukanlah sentimen negatif. Sebab, hal itu tidak akan mempengaruhi kinerja BCA. Analis menilai fundamental BBCA saat ini masih cukup sehat.

Analis Indopremier Securities Hendri Pranoto menilai, keputusan Farallon menjual saham BCA bukan berdasarkan pertimbangan fundamental bank ini jelek. "Mereka hanya menarik kepemilikan di sektor perbankan untuk sementara," terang Hendri, kemarin (29/6).

Analis justru menilai saat ini masih banyak sentimen positif yang menghampiri BBCA. Berbagai data pun menunjukkan kinerja bank yang dulu masuk kelompok usaha Grup Salim itu masih oke.

Per kuartal pertama 2009 lalu, BBCA berhasil menekan rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) di posisi 1,6%. Sementara, target NPL BCA tahun ini 1,5 persen.

Analis Ciptadana Securities Syaiful Adrian yakin BBCA bisa mencapai target tersebut. Sebab, BBCA berhasil menyelesaikan restrukturisasi dua kredit korporasi yang bermasalah senilai Rp 1 triliun.

Kredit bermasalah itu adalah kredit BCA pada PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) sebanyak Rp 500 miliar. BCA juga bisa menyelesaikan kredit bermasalah senilai Rp 500 miliar dengan sebuah perusahaan baja.

Selain itu, keran kredit BBCA juga mulai mengalir kencang. Tahun ini, BBCA menargetkan kucuran kreditnya bisa tumbuh 15 persen-20 persen. Per Maret lalu, portofolio kredit BBCA mencapai Rp 107,3 triliun, naik dari Rp 84,1 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Dus, rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (DPK) juga naik jadi 51,2 persen.

BCA juga berencana masuk bisnis perbankan syariah. Rencananya, BCA Syariah akan mulai beroperasi pada Desember 2009.

Syaiful menghitung, tahun ini pendapatan bunga bersih (net interest margin) BBCA tumbuh 15 persen menjadi Rp 14 triliun. Sementara laba bersih bisa tumbuh 12 persen dari tahun lalu, menjadi Rp 6,3 triliun.

Melihat berbagai sentimen positif tersebut, Hendri memasang rekomendasi beli untuk BBCA. Ia mematok target harga BBCA sebesar Rp 4.700 per saham.

Sementara Syaiful memilih pasang rekomendasi tahan untuk BBCA. Ia menilai sebaiknya investor menunggu kejelasan penjualan saham BCA oleh Farallon. Menurutnya, investor sebaiknya mencermati siapa yang bakal menjadi pemilik baru BBCA. (Rizki Caturini, Ade Jun Firdaus/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com