Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Garutan Terpukul Batik Cap

Kompas.com - 31/05/2009, 09:33 WIB

GARUT, KOMPAS.com - Potensi usaha batik tulis Garutan, dewasa ini sudah mulai terlihat tersaingi dengan pesatnya perkembangan industri batik printing/batik cap yang harganya jauh lebih murah.
    
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Garut, HR Ruhiat, Minggu mengatakan, penurunan perkembangan batik tersebut terjadi akibat pesatnya industri batik printing yang beredar di masyarakat.
    
Menurut dia, batik tulis Garutan, merupakan produk kegiatan usaha perbatikan warisan turun-temurun, kemudian berkembang cukup lama sebelum masa kemerdekaan, bahkan mengalami kejayaannya pada tahun 1967-1985 dengan 126 unit usaha.
    
Kurangnya minat generasi penerus pada usaha batik tulis, yang diperparah ketidaktersediaannya bahan baku dan permodalan, juga disebabkan lemahnya strategi pemasaran, yang juga mengakibatkan terjadinya kelangkaan. Padahal, katanya, pangsa pasar komoditas tersebut, sangat luas karena umumnya digunakan untuk kain "sinjang" (kebaya), dan pemenuhan kebutuhan sandang lainnya, dengan motif yang mencerminkan kearifan lokal sosial budaya, falsafah hidup serta adat-istiadat warga Sunda. Sehingga beragam perwujudan batik tulis Garutan, secara visual tergambar melalui motif dan corak warnanya, antara lain berbentuk geometrik sebagai ciri khas ragam hiasnya.
    
Sedangkan bentuk lainnya, berupa flora dan fauna, yang juga umumnya mengarah pada goresan garis diagonal serta bentuk kawung atau belah ketupat, didomiansi warna krem cerah dipadukan dengan warna-warni lainnya, menggambarkan karakteristik khas mata dagangan itu.
    
"Namun kini industri pengolahannya hanya terkonsentrasi di kawasan perkotaan, dengan rata-rata kapasitas produksi setiap tahun sebanyak 1.296 potong," ungkap Ruhiat.
    
Maka kondisi industri batik tulis Garutan sekarang, hanya tersisa tiga unit usaha yang menyerap 36 tenaga kerja dengan nilai investasi sekitar Rp 30 juta, namun nilai produksinya setiap tahun rata-rata sebesar Rp 388 juta berwujud produksi sandang, sinjang, kain bahan dan lain sebagainya.
    
"Sementara itu, segmen pasar yang dibidiknya, antara lain Jakarta , Bandung serta Bali, termasuk kalangan wisatawan nusantara dan manca negara, yang langsung menyempatkan berbelanja ke sentra industri batik tulis Garutan tersebut," katanya.
   
Beberapa tahun lalu Bupati Garut, sempat menganjurkan pegawainya mengenakan batik tulis Garutan pada setiap Jumat, namun realisasinya  tidak berlangsung lama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com