Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Hanya Reog dan Lagu, Investor pun Jadi Incaran

Kompas.com - 02/05/2009, 12:42 WIB

KOMPAS.com — Siapa bilang semua orang kaya di Indonesia terkapar menjadi korban krisis global? Di masa susah ini, orang Indonesia justru menjadi incaran para penjaja properti dari mancanegara. Para pengembang di Australia, Singapura, dan Malaysia menawarkan apartemen dan rumah ke sini.

Tengok saja pameran-pameran properti Malaysia yang belakangan marak digelar di Hotel Grand Hyatt Jakarta, saban akhir pekan. Hampir sepanjang hari karyawan pemasaran di sana sibuk melayani pembeli dan peminat. “Pasar Indonesia memang terbuka bagi properti di Malaysia,” cetus Emmy Cong, Manajer Yuk Tung Development Bhd, salah satu pengembang Malaysia yang sedang menawarkan properti hunian The Peak di Malaysia.

Yuk Tung tak sendirian. UEM Land Berhard yang membangun proyek hunian bertajuk Nusa Jaya East Ledang juga gencar menyasar orang Indonesia untuk membeli hunian di Malaysia. Sebab, ketimbang negara-negara tetangga lainnya, orang Indonesia gemar membeli hunian asing. “Banyak tujuannya. Mulai sekadar untuk investasi maupun untuk hunian karena anaknya sekolah di sana,” imbuh Maria Tan, agen penjual The Peak dari Knight Frank.

Krisis saat ini menyebabkan penjualan properti di Malaysia mengalami perlambatan. Hal ini juga sejalan dengan hasil riset konsultan properti Cushman Wakefield yang menyebut telah terjadi penurunan penjualan properti di Malaysia hingga 50 persen pada akhir 2008. Kondisi lesu itu diperkirakan akan terus berlanjut tahun ini lantaran hantaman krisis global.

Syaratnya mudah dan longgar
Bagi konsumen, jika tertarik memiliki, barangkali ini saat yang tepat. Soalnya, kebanyakan agen sedang menawarkan kemudahan. Baik soal kepemilikan, maupun kredit. Soal kepemilikan, misalnya, Emmy mengklaim pembelian properti di Malaysia lebih unggul ketimbang tawaran dari negara lain.

Setiap pembeli properti dalam bentuk apa pun di Malaysia memiliki status hak milik. Dengan begitu, pemilik bisa menjual langsung ke orang asing sekalipun dia sudah tak ingin tinggal di sana.

Tentunya ini berbeda dengan properti di Indonesia yang ditawarkan kepada orang asing. Di Indonesia orang asing tidak bisa mendapatkan hak milik. Paling banter, orang asing hanya berhak atas sistem sewa dalam jangka waktu tertentu.

Tak hanya itu. Saat ini di Malaysia juga sedang digelar program Malaysian Second Home. Maksudnya, orang asing boleh membawa keluarga inti mereka untuk tinggal di sana tanpa batas waktu asal punya rumah tinggal di sana.

Syarat lainnya, mereka harus mempunyai deposit sebesar RM 150.000 sampai RM 300.000 atau setara Rp 475,5 juta sampai Rp 951 juta dengan kurs 1 RM setara Rp 3.170. Pada tahun kedua, deposit itu bisa diambil dengan menyisakan sebesar RM 60.000 selama dia menetap di Malaysia. “Intinya, deposit itu semacam KTP yang berlaku sepuluh tahun,” ujar Emmy.

Anton Sitorus, Kepala Riset Jones Lang laSalle menambahkan, kebanyakan orang Indonesia memang lebih suka membeli hunian di Malaysia ketimbang di Singapura dan Australia.

Selain harganya sedikit lebih miring, orang Indonesia lebih suka rumah yang menjejak ke tanah alias landed houses. “Kalau di Singapura dan Australia, orang Indonesia membeli untuk tempat tinggal anak-anaknya yang sekolah di sana,” ujar Anton. Bentuk tawarannya pun kebanyakan apartemen.

Harga setera rumah di Pondok Indah
Tak ayal, kondisi ini pula yang membuat Emmy optimistis dagangannya akan laris manis. Lebih lagi, The Peak punya lokasi yang strategis, yakni berada di kawasan Bukit Prima Cheras. Lokasi ini dekat dengan Genting Island yang sudah tersohor sebagai tempat judi legal di Malaysia.

Berdiri di atas lahan seluas 24 hektar, harga tiap unit rumah di sana dibanderol sekitar Rp 4 miliar. Dari 20 unit yang ditawarkan, ada tiga tipe yang ditawarkan. Pertama, rumah dengan luas tanah 297 m² dan luas bangunan 406 m². Kedua, rumah dengan luas tanah 334 m² dan luas bangunan 429 m². Ketiga rumah dengan luas tanah 297 m² dan bangunan 335 m². Ketiganya merupakan bangunan tiga lantai yang menantang langit.

Selama tiga hari pameran yang berlangsung minggu lalu, sudah ada sepuluh peminat yang tertarik membelinya. “Kami optimistis dagangan akan ludes terserap pasar Indonesia,” imbuh Maria. Lebih lagi, ini adalah salah satu proyek terbesar yang digarap HR United, induk perusahaan Yuk Tung Development Bhd.

Tak hanya cocok sebagai tempat tinggal, kata Maria, The Peak juga cocok sebagai sarana investasi lantaran harga tanah di sana bisa melonjak sampai 15 persen per tahun.

Tak mau kalah, UEM Land Berhard yang mengembangkan Nusajaya East Ledang juga yakin bahwa banyak orang Indonesia yang berminat untuk membungkus hunian di Malaysia. “Ketimbang di Singapura, harga rumah di Malaysia jauh lebih murah,” ujar Zamry Ibrahim, General Manager Marketing & Sales UEM Land Berhad. Harga rumah di Singapura lebih mahal 10 kali ketimbang di Malaysia.

Sebagai kawasan baru di Johor Malaysia, Nusajaya mencuil area bekas perkebunan seluas 400 ha milik kerajaan Johor, Nilai investasi atas proyek ini berkisar Rp 6 triliun. Di sana akan dibangun 861 unit rumah hunian dan satu menara apartemen bernama Ujana Executive berkapasitas 173 unit.

Proyek rumah hunian ini dibangun bertahap. Tahap pertama pada April nanti. Pada tahap ini pengembang akan mendapat dukungan dana dari Pemerintah Malaysia untuk membangun 139 rumah. Jumlah ini terdiri dari 62 rumah tidak bertingkat dan 77 rumah bertingkat atau twin villas. “Targetnya bisa selesai pada 2010,” kata Zamry.

Tahap selanjutnya pembangunan 112 rumah tipe twin villas dan 28 resort bungalow dengan harga Rp 3,5 miliar untuk twin villas, sedang tipe resort bungalows dipatok minimal RM 2 juta atau sekitar Rp 6 miliar. “Harganya tidak jauh beda dengan rumah di kawasan Pondok Indah Jakarta,” kata Zamry.

Mahal? Mungkin, tetapi nyatanya banyak orang Indonesia telah membayar uang muka 10 persen, menyambut tawaran itu. (Adi Wikanto, Epung Saepudin, M. Fasabeni/KONTAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau