Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Organik Musik, Berguru Musik pada Alam

Kompas.com - 27/04/2009, 18:01 WIB

KOMPAS.com- ALAM dengan caranya sendiri sebetulnya senantiasa menyajikan suguhan simfoni yang tiada habis-habisnya. Kesiut pohon cemara ditiup angin, suara burung tekukur yang bersahut-sahutan, desau angin yang membelai rumpun padi, gemericik air di sungai, debur laut, cericit camar, hingga bunyi bel becak di tengah malam yang lampus, adalah komposisi musik yang disajikan alam kepada manusia.

Oleh karena perburuan manusia, termasuk di dalamnya musisi pada bidang material tampaknya lebih menonjol, menyebabkan kepekaan kita terhadap orkestrasi alam ini menjadi tumpul. Salah satu program "Gaung" yang diselenggarakan oleh Yayasan nirlaba Sacred Bridge adalah Organic Music Making, sebuah upaya untuk memanfaatkan yang ada pada alam sekitar untuk membuat komposisi musik.

Pada Minggu pagi (26/4) kemarin, para pesrta gaung berdiri melingkar di wahana outing Kebun Raya Bali yang terletak di kawasan Bedugul, Tabanan. Para peserta sejak pukul 09.30 sampai 12.30 wita, dijadwalkan mengikuti program organic music making atau membuat musik alam.

Itulah sebabnya para peserta dibawa ke tengah hutan yang dipenuhi pepohonan tinggi, daun-daun kering yang berserakan, suara aneka burung, suara mobil para wisatawan yang melintas di jalan, termasuk suara speaker para ibu yang sedang berkumpul tak jauh dari lokasi outing.

Setelah Franky Raden yang pagi itu bertindak sebagai guru memberikan panduan, mulailah para peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok. Marzuki Hassan, seniman Aceh yang jadi fasilitator memimpin sekelompok peserta menyanyi lagu berbahasa Aceh. Sedangkan seniman Bali Nyoman Astita memimpin kelompok lain  menyanyikan lagu-lagu kuna Bali yang biasa dibawakan dalam tarian kecak.

Suasana tambah meriah saat jimbe ditabuh. bunyi ritmis jimbe segera merangsang memori purba peserta, sebagian terangsang mengeluarkan suaranya, ada juga yang memainkan rebana, serunai, dan instrumen suku Aborigin, didgeridoo.

Usai jimbe mencapai klimaks, muncul suara ghozeng yang dimainkan Enny yang dipadu dengan tiupan saxophone musisi asal Malaysia, Adil. Sementara Hendry melatari dengan tiupan alat didgeridoo. Usai itu, paduan suara berbahasa Aceh dan bali muncul lamat-lamat.

Sebetulnya, eksperimentasi musik alam semacam ini telah dilakukan oleh Franky Raden awal 90-an. Franky mengaku, waktu itu ia harus kerjasama dengan musisi tradisional musik rebana Betawi, "Kekuatan mereka adalah di musik. Saya ingin mengembangkan musik mereka tanpa menjajah musisinya, karena saya udah belajar etnomusicologi, jadi tidak masalah benar buat saya," tutur Franky.

Istilah organic music making sendiri, lanjut Franky, baru ditemukan, saat tahun lalu dirinya ke Jepang tak bawa alat apapun, "Di sana berkumpul musisi Jepang, menurut saya tinggal bagamana kita berdialog secara kreatif dengan mereka."

Intinya, kata Franky, cara membuat musik organik adalah didasari pada kesadaran bahwa kita tumbuh di mana kita berada. tradisi kita kaya, sehingga kita bisa memainkan konsep ini.

Padahal, sebelumnya Franky yang telah belajar komposisi barat amat dibatasi oleh seabreg aturan main yang sudah tertuang di dalam partitur, "Saya berubah saat tinggal di Dayak, ternyata kita bisa membuat musik dengan alam sebagaimana galibnya musik tradisi. Ciri musik alam ini adalah open structure, yang memungkinkan komposisi berkembang sesuai dengan situasi," tutur Franky.

Konser musik alam yang berlangsung sekitar satu jam itu pun berakhir memuaskan. Franky mengaku lega karena eksperimentasi musik alamnya kali ini merupakan yang pertama dengan jumlah peserta banyak dan dari berbagai bangsa.

Sejumlah turis yang semula sekedar lewat akhirnya tersedot juga perhatiannya pada konser musik alam para peserta workshop Gaung ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau