Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Goyang Dewi Persik Porno?

Kompas.com - 27/03/2008, 08:15 WIB

TANGERANG, RABU - Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI, Cholil Nafis, menilai langkah Wali Kota Tangerang, H Wahidin Halim mencekal pedangdut Dewi Persik adalah hal yang wajar.
   
"Gerakan-gerakan dan goyang Dewi Persik setiap manggung memang mengarah ke pornografi. "Sehingga, bukan seni atau hiburan yang muncul, melainkan birahi. Masyarakat yang hendak melindungi moral, agama, dan ibadah, jelas keberatan," kata Cholil kepada Warta Kota, Rabu (26/3) malam. "Masyarakat kita kan juga menolak hal-hal atau tontonan yang bisa membangkitkan gairah birahi, jadi sah-sah saja kalau Dewi Persik ditolak," ujarnya.

Hal senada dikemukakan Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (Sekjen FUI) Muhammad Al Khathath. Dia mengungkapkan, goyangan erotis memang tidak dibenarkan Islam. Ini mengacu Fatwa MUI tentang Pornografi dan Pornoaksi. “Jadi, yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang sudah sesuai Fatwa MUI," tuturnya.

Peringatan    

Kabar pencekalan pedangdut Dewi di Kota Tangerang tidak membuat kalang kabut keluarganya di Jember, Jawa Timur.  Pencekalan pemilik goyang gergaji itu justru dinilai sebagai peringatan dari Sang Khalik terhadap Dewi agar lebih menjaga diri.
   
"Sudah lumrah jika sebagai selebritis Dewi dikabarkan macam-macam. Namanya juga berita, yang penting kan Dewi tak terpancing menyikapi persoalan secara emosional," ujar ayah Dewi, H Mochamad Adil di rumahnya Jalan Panjaitan, Sumbersari, Jember, Rabu (26/3), kepada Warta Kota.
   
Menurut Adil, wajar jika anaknya menjadi disoroti, karena diakuinya proses Dewi menjadi selebritis dapat dikatakan super-cepat. Tak seperti proses perjalanan artis lain yang harus merangkak dari tataran paling bawah.
   
Namun, bukan berarti Dewi harus lupa dengan asalnya. Yang patut diingat Dewi, pesan Adil, semakin tinggi pohon dan semakin banyak buahnya, maka angin yang menerpanya pun semakin kencang.
   
Adil yang ditemani istrinya, Ny Sri Muna berkeinginan agar Dewi tak perlu terpancing kabar yang cenderung menyudutkannya, apalagi emosional. Kesabaran dan keikhlasan, kata Adil, kunci kesuksesan. "Tugas Dewi adalah menghibur masyarakat dan sudah sewajarnya jika ingin memberikan yang terbaik untuk penggemarnya," imbuhnya.
   
Sementara Dewi Persik, saat dihubungi Warta Kota,  mengatakan rencananya menggugat wali kota yang melarang dirinya tampil bukan persoalan emosi atau tidak. Menurut Dewi, keadilan harus ditegakkan. "Jangan hanya karena persoalan politik, nama selebritis dicatut. Kalau hanya ingin mendapatkan simpati dari masyarakat, tak perlu membawa-bawa nama Dewi Persik," ungkapnya.
   
Dewi mengaku terus berusaha menjaga pribadinya, karena kalau tidak, bukan hanya nama baik dirinya yang tercoreng, tetapi juga keluarga dan kota asalnya, Jember. "Kabar pencekalan itu... jika benar, Dewi bisa manggung di kota lain, bahkan dari luar negeri juga banyak peluang," katanya.
   
Orangtua Dewi, meminta agar putri bungsunya tidak emosional dan reaktif atas kabar pencekalan dirinya di Kota Tangerang. "Dewi sudah kita minta agar berkepala dingin dan tidak menanggapi serius," kata Adil.
   
Adil menambahkan, dia justru menyalahkan putrinya jika menanggapi pencekalan itu dengan menuntut balik Wali Kota Tangerang lewat jalur hukum. "Biasa, kalau anak saya kariernya melejit, maka hambatan selalu datang. Ini saya anggap sebagai godaan. Saya minta Dewi rajin shalat, salawat dan tasbih," katanya.

Suka dangdut
   
Wali Kota Tangerang, H Wahidin Halim, Rabu (26/3) kembali menyatakan, siapa pun artis yang akan tampil di wilayah ini memperhitungkan kultur setempat dan bukan pencekalan. "Jika sudah menimbulkan kerugian, tentu harus diingatkan," jelas Wahidin.
   
Isu pencekalan pedangdut, diakui Wahidin menjadi agak panas, karena ada pihak-pihak yang mencoba menghembuskan nama pedangdut lain, yaitu Inul yang juga bakal dicekal di Kota Tangerang.
   
"Saya sekali lagi menghimbau supaya saling menghargai kultur yang sudah ada. Saya pribadi orang Tangerang asli yang juga suka dangdut, bahkan saya hafal beberapa lagu dangdut. Cuma, di Kota Tangerang punya kultur yang berbeda, sehingga jangan sampai terjadi benturan dan itu dapat jadi pemicu kondisi yang negatif lainnya," kata Wahidin.
   
Mengutip keterangan Wahidin Halim, Kepala Humas Pemkot Tangerang, Saeful Rohman, mengungkapkan, beberapa ibu-ibu mengeluh karena suami-suami mereka tergoda untuk nyawer (memberi uang) ke biduan hingga jumlahnya lebih dari Rp 100.000, saat ada pertunjukan dangdut dengan biduan yang melenggak-lenggok berpakaian seksi.
   
"Dari keluhan-keluhan para perempuan dan ibu-ibu, Pak Wali kemudian mengungkapkan,  jika ada yang ingin mengundang penyanyi dangdut sebaiknya tidak usah perlu tampil dan goyang seronok, cukup yang wajar saja. Karena, dasarnya musik dangdut sudah enak," ujar Saeful. (cel/m1)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau