Peningkatan ini bahkan lebih besar dibanding capaian secara global yang hanya sebesar 3,5 persen. Selain itu, perekonomian daring di antara wilayah Asia Tenggara bernilai lebih dari 200 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2.966 triliun pada 2025.
Menurut laporan JLL bertajuk "Perusahaan-perusahaan Teknologi Mengubah Asia Tenggara", perusahaan teknologi telah menjadi kelompok utama penghuni perkantoran di kawasan Asia Tenggara.
Perusahaan teknologi mendominasi
JLL juga memprediksi perusahaan teknologi menjadi katalisator kenaikan hunian perkantoran dibanding tiga tahun lalu yang hanya 5 sampai 10 persen.
Peningkatan diprediksi mencapai 15 hingga 25 persen dari volume bruto tahunan sewa perkantoran dalam 10 tahun ke depan.
"Mengingat perusahaan-perusahaan teknologi akan menjadi sumber utama hunian kantor, ini adalah kesempatan bagi para investor dan pengembang properti menciptakan ruang untuk memenuhi kebutuhan ini," kata Head of Capital Market Southeast Asia Research JLL, Regina Lim, dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Kamis (13/9/2018).
Lim menambahkan, tahun lalu sektor teknologi menarik lebih dari 6 miliar dollar AS atau sekitar lebih dari Rp 88,9 triliun dalam pendanaan.
Karena itu, pertumbuhan industri ini akan berkontribusi secara signifikan terhadap volume sewa kantor pada masa yang akan datang.
JLL memperkirakan adanya peningkatan sebesar 6 persen setiap tahunnya di tengah pertumbuhan PDB sekitar 5 persen.
Di sisi hunian perkantoran, perusahaan teknologi terbesar, termasuk Alibaba, Facebook, Google, dan Sea, masing-masing menempati ruang sebesar 20.000 meter persegi hingga 50.000 meter persegi. Ruang perkantoran ini tersebar di tiga hingga lima kota.
Laporan JLL juga menyebutkan, banyak dari perusahaan teknologi ini telah meningkatkan jumlah pegawai sebanyak 30 sampai 50 persen setiap tahun, selama 5 hingga 10 tahun terakhir.
https://properti.kompas.com/read/2018/09/13/203000721/kebutuhan-perkantoran-di-asia-tenggara-meningkat