Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Denmark Tertarik Kembangkan Listrik Ramah Lingkungan di Sumut

Kompas.com - 11/07/2017, 22:06 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KompasProperti - Wakil Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Nurhajizah Marpaung mengaku sangat tertarik dengan teknologi terbaru pembangkit listrik ramah lingkungan yang ditawarkan investor asal Denmark.

Teknologi baru tersebut menghasilkan energi alternatif dari kombinasi energi matahari, angin, panas dan air yang sangat dibutuhkan di daerah terpencil.

“Masyarakat sangat membutuhkan, terutama yang berada di kawasan terpencil atau pulau terluar. Apalagi teknologi pembangkit listrik yang ditawarkan ramah lingkungan dan lebih murah. Semoga embangunannya bisa dilaksanakan di daerah yang masih mengalami krisis energi listrik seperti di kepulauan Nias," kata Nurhajizah, Selasa (11/7/2017).

Para calon investor yang berminat membangun pembangkit listrik alternatif di Sumut yang menemui Nurhajizah adalah, pengembang teknologi dari Denmark Henrik Pryter, konsultan yang juga pengajar di Universitas Utara Malaysia Zulkefli Mahpol, investor lokal Prof Johar Arifin dan Wahidin Sitompul.

Wahidin mengungkapkan rencananya membangun pembangkit listrik teknologi alternatif ramah lingkungan, murah dan berkelanjutan.

Untuk tahap awal mereka akan membangunnya di Kota Stabat, Kabupaten Langkat, dan kawasan industri Medan dengan kapasitas masing-masing 10 megawatt. Dia bilang, pembangunan pembangkit ini membutuhkan lahan yang luas.

"Kami dalam upaya meminta dukungan pemerintah provinsi dan daerah untuk mendapatkan izin prinsip dan izin lokasi. Teknologi kami lebih baik dari solar cell, setiap 0,8 hektar lahan dapat menghasilkan 10 megawatt listrik. Cocok untuk menggantikan solar cell yang mahal dan tidak bertahan lama,” tutur Wahidin.

Menjawab permintaan Wahidin, Nurhajizah mengatakan, akan melakukan pertemuan lanjutan untuk membahas percepatannya dengan mengundang pihak terkait seperti pemerintah kabupaten, pemerintah kota, PLN, dan lainnya.

“Kami segera tindak lanjuti dengan mengundang para pihak agar bisa segera direalisasikan,” ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com