Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkantoran Kosong di Jakarta Setara 29 Gedung Sentral Senayan

Kompas.com - 20/04/2017, 14:18 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Rendahnya pertumbuhan ekonomi Nasional yang terjadi sejak 2015, berdampak signifikan pada sektor properti.

Meskipun berbagai indikator ekonomi mengalami perubahan positif seperti kurs Rupiah yang stabil di kisaran Rp 13.000 terhadap 1 dollar AS, inflasi rendah di bawah 4 persen, suku bunga rendah, namun tak mampu mendorong sektor properti bergerak lebih cepat.

Hal ini terlihat dari kinerja perkantoran yang terus menurun dan diprediksi bakal berlanjut hingga 2020 mendatang. 

Baca: Terburuk Sejak 1999, Harga Perkantoran Jakarta Anjlok 30 Persen

Kondisi tersebut memaksa pemilik gedung berada dalam posisi sulit. Mereka dihadapkan pada tingkat hunian yang terus merosot karena kesulitan mencari penyewa.

Kalau pun ada penyewa, kebanyakan merupakan perusahaan dari bidang Teknologi Informasi (TI), e-commerce, dan consumer goods yang tidak membutuhkan perkantoran berprofil tinggi (high profile).

Pada kuartal I-2017 saja tingkat serapan perkantoran di Central Business District (CBD) Jakarta hanya sekitar 7.000-8.000 meter persegi. Sementara pasokan yang masuk ke pasar lebih dari 700.000 meter persegi.

Hal ini berdampak pada tingkat kekosongan yang terus melonjak menjadi rata-rata 17 persen. Jika proyek perkantoran baru seluas 800.000 meter persegi masuk pasar tahun ini, tingkat kekosongan bakal terus melebar.

"Dan itu akan terus berlanjut hingga 2020 mendatang yang bisa mencapai 25 persen, dan keterisian hanya 75 persen," kata Director Head of Reasearch and Consultancy Savills Indonesia, Anton Sitorus, menjawab KompasProperti, Kamis (20/4/2017).

Hal serupa terjadi pada perkantoran di luar CBD Jakarta, ruang kosongnya mencapai 24 persen yang disebabkan meningkatnya pasokan seluas 600.000 meter persegi, terutama di Jakarta Utara dan Jakarta Selatan.

Jika dikonversikan menjadi sebuah gedung seluas 50.000 meter persegi, maka ruang perkantoran kosong di seluruh Jakarta setara dengan 29 gedung Sentral Senayan. 

Rinciannya, 17 gedung di CBD Jakarta, dan 12 gedung di luar CBD Jakarta. 

Harga tertekan

Tentu saja, tingkat kekosongan ini membuat harga sewa yang ditransaksikan menjadi tertekan. Untuk perkantoran di CBD Jakarta level Grade Premium, harga sewa sekarang 30 dollar AS per meter persegi per bulan.

Sedangkan perkantoran Grade A Rp 250.000 per meter persegi per bulan, Grade B Rp 195.000 per meter persegi per bulan, dan Grade C Rp 143.000 per meter persegi per bulan.

"Melihat kondisi seperti ini terbuka peluang bagi para penyewa untuk pindah ke gedung perkantoran baru yang menawarkan fasilitas, dan kualitas lebih baik dengan harga kompetitif," ucap Anton.

Harga transaksi perkantoran di luar CBD Jakarta secara umum juga tertekan. Di Jakarta Selatan menjadi sekitar Rp 146.000 meter persegi per bulan, Jakarta Pusat Rp 93.000 per meter persegi per bulan, dan koridor TB Simatupang Rp 173.000 per meter persegi per bulan.

Tahun ini, pertumbuhan pasokan di luar CBD Jakarta ini sebanyak 420.000 meter persegi. Setahun berikutnya akan masuk seluas 320.000 meter persegi yang diperkirakan bakal mendongkrak tingkat kekosongan menjadi 30 persen.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau