JAKARTA, KompasProperti - Kondisi ekonomi nasional dinilai mulai membaik. Tahun ini, diharapkan pertumbuhannya bisa mencapai 5,1 persen hingga 5,2 persen.
Vice President Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, membaiknya kondisi ekonomi yang berimbas pada properti, dapat mengurangi potensi kredit macet, terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Kredit macet ini tecermin dari tingkat non-performing loan (NPL) dalam kinerja suatu bank pemberi kredit.
"Memang agak butuh waktu juga. Ekonomi membaik, 3-6 bulan berikutnya baru ada perbaikan NPL. Bukan hanya KPR tapi keseluruhan hampir sama," ujar Josua kepada wartawan di Jakarta, Rabu (29/3/2017).
Menurut Josua, sektor properti masih memiliki peluang untuk bertumbuh. Pasalnya, kebutuhan masyarakat akan perumahan masih besar.
Kebutuhan ini khususnya pada perumahan menengah ke bawah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Karena permintaan yang besar, kondisi penjualan di sektor perumahan MBR lebih dulu membaik di tengah perlambatan ekonomi.
"Makanya, kalau kita lihat ada giat pemerintah dengan mempercepat suplai perumahan MBR," kata Josua.
KPR jadi andalan
Untuk mendapatkan rumah, sebagian masyarakat masih mengandalkan KPR. Jika pertumbuhan ekonomi kurang baik, maka kemungkinan terjadinya kredit macet lebih tinggi.
KPR penting karena sebanyak 77 persen pembeli rumah masih mengandalkan metode pembiayaan ini. Sementara 16 persen lainnya menggunakan metode pembiayaan tunai bertahap.
"(Pembayaran) tunai keras itu hanya 7 persen dari total responden yang disurvei Bank Indonesia (BI). Jadi hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia membayar dalam bentuk tunai," sebut Josua.
Ia menambahkan, pembayaran secara tunai tidak terlalu populer karena pertumbuhan harga rumah lebih cepat daripada pendapatan masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.