Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar IPB: Embung Panjang Solusi Atasi Banjir

Kompas.com - 24/03/2017, 09:58 WIB

JAKARTA, KompasProperti - Guru Besar Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, Budi Indra Setiawan menyebutkan embung berfungsi menampung kelebihan genangan air terutama di wilayah pertanian.

Namun, karena tidak terawat terjadi pendangkalan yang menimbulkan banjir di persawahan.

"Padahal, embung panjang merupakan salah satu solusi untuk mengatasi banjir di kawasan pertanian," kata Budi seperti dikutip Antara, di Bogor, Jumat (24/3/2017).

Menurut Budi, setelah dilanda kekeringan panjang tahun 2015 karena El-Nino, sejak awal 2016 dan berlanjut sampai saat ini, beberapa wilayah d Indonesia dilanda banjir. Ini karena La-Nina sulit diprediksi kapan berakhirnya.

Jika banjir di perkotaan pada umumnya terjadi relatif lebih singkat dan surut saat hujan berhenti, sebaliknya di lahan pertanian, banjir, dan genangan air berlangsung lama, dan sulit ditanggulangi.

Ia mencontohkan di Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, menjadi langganan banjir dan terparah. Arenya bisa mencapai lebih dari 500 hektar. Petani harus menanam padi berulang kali dengan harapan agar suatu saat selamat dari banjir dan berhasil panen.

"Tidak jarang ada yang sampai tujuh kali tanam ulang untuk mendapat satu kali panen," kata Budi.

"Long Storage"

Padahal, lokasi tersebut sudah dibangun embung panjang (long storage) pada tahun 2000 yang diberi nama Kali Malang, dengan panjang lebih dari tujuh kilometer.

Fungsi embung ini harusnya menampung kelebihan genangan air dari sawah-sawah di sekitarnya. Tapi karena tidak terawat, terjadi pendangkalan.

"Awalnya, kedalaman embung dua meter tetapi kini tinggal sekitar 70 centimeter," sebut Budi.

Selain itu, semua pintu air rusak berat, pertumbuhan enceng gondok semakin subur, sampah dan limbah rumah tangga bertumpuk di badan air. Sampai saat ini belum ada upaya untuk mengatasinya.

Solusi yang dapat dilakukan harus normalisasi dengan mengeruk sedimen yang menghambat terutama di muara sungai dan mencegah agar sedimentasi tidak mudah terjadi dengan membangun pengendalian aliran lumpur.

Selain itu, lanjut Budi, perlu dilakukan pengerukan sedimen, pembersihan sampah, enceng gondok dan perbaikan pintu air serta penyambungan segmen-segmen Kali Malang yang masih terpisah menggunakan sipon air yang melintasi bagian bawah badan sungai.

Pada peringatan Hari Air Sedunia yang diperingati setiap 23 Maret, Budi mengingatkan kembali konsep zero run off sebagai sistem yang dapat digunakan dalam menentukan tata letak dan dimensi embung panjang yang optimal. Yakni, mampu menyerap dan menyimpan kelebihan genangan air yang tidak dikehendaki.

Halaman:



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau