Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batu Kapur Bisa Gantikan Abu Tulang dalam Produksi Keramik

Kompas.com - 19/03/2017, 10:40 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Salah produk keramik peralatan makan atau tableware yang paling unggul adalah Bone China. Produk ini sejenis porselen dengan fasa gelas senyawa fosfat.

Keunggulannya adalah tampilan yang mewah dan unik dibanding produk keramik sejenisnya, yaitu berwarna putih tulang yang tembus bayang dengan permukaan licin dan mengilat.

Namun, pembuatannya harus melibatkan abu tulang atau bone ash yang berasal dari tulang hewan seperti sapi atau kerbau yang dibakar.

Ini menimbulkan masalah pencemaran lingkungan dari gas hasil bakar tulang karena sangat berbau.

Berdasarkan hal tersebut, Balai Besar Keramik telah melakukan penelitian pembuatan bahan baku dengan karakteristik yang mirip abu tulang.

"Kami kembangkan sintetik bone ash atau abu tulang buatan, dengan bahan baku batu kapur yang sangat murah," ujar Kepala Balai Besar Keramik Supomo saat seminar di pameran Keramika 2017 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Jumat (17/3/2017).

Penggunaan abu tulang sebagai bahan baku utama merupakan faktor spesifik fasa gelas Bone China. Sementara untuk mendapatkan bahan ini di Indonesia cukup sulit, karena harus impor.

Padahal, dengan sumber daya Indonesia yang melimpah, industri lokal bisa mengganti bahan baku tersebut dengan batu kapur yang dicampur dengan asam fosfat

Menurut Supomo, penelitian ini sudah diuji coba pada salah industri, dan hasilnya cukup bisa diterima.

"Balai Besar tidak diizinkan untuk memproduksi sendiri. Nanti kalau ada start-up yang ingin adopsi teknologi ini, kami siap berikan pelayanan diskusi yang lebih detail," kata Supomo.

Lebih jauh lagi, menurut dia, penggunaan batu kapur ini juga dapat meningkatkan kenyamanan para pengguna peralatan makan.

Pasalnya, orang-orang Indonesia sangat perhatian terhadap produk halal sehingga bahan utama batu kapur dapat mengurangi keraguan terhadap abu tulang yang biasa diimpor dari luar negeri.

"Saya tidak mengatakan kalau abu tulang yang kini beredar itu selain dari sapi atau kerbau, tapi kalau ada bahan utama kapur yang lebih meyakinkan, tentu lebih meyakinkan," tuntas Supomo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau