Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalur "Neraka" Masih Ada di Jawa Tengah

Kompas.com - 23/12/2016, 12:20 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemacetan panjang selalu terjadi saat libur panjang, terutama saat masa mudik Lebaran tiap tahun.

Macet paling parah yang terjadi adalah saat Lebaran 2016 pada Juli silam, tepatnya di pintu keluar Tol Brebes. Insiden kemacetan ini kemudian ramai disebut Brexit.

Saat ini, jika volume kendaraan setinggi kemarin, di beberapa titik pada jalur di Jawa Tengah bisa terjadi penumpukan.

"Secara umum, 'neraka' masih akan ada di Jawa Tengah. Tumpukan kendaraan bakal terjadi di Pantura terutama Pekalongan dan Batang,” ujar Presidium Masyarakat Transportasi Indonesia Soegeng Poernomo saat diskusi Transportation Outlook 2017, di Jakarta, Kamis (22/12/2016).

Soegeng menuturkan, penumpukan ini antara lain disebabkan pengaturan lampu lalu lintas di kota-kota kecil.

Lampu lalu lintas di jalan utama dan jalan sekunder jangka waktu pergantiannya sama.

Ia mencontohkan, kalau di jalan utama Jakarta lampu merah sampai 120 detik, sementara di daerah hanya 28-30 detik atau hampir sama dengan jalan sekunder.

Selain itu, masalah lain penumpukan kendaraan saat Brexit adalah karena jalur rel kereta dan jalan, berada dalam satu bidang sama.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah tengah mengupayakan penyelesaian simpang susun jalan atau jalan layang.

"Tahun lalu itu belum ada, kalau sekarang sudah fungsional bisa mengurangi kemacetan," kata Soegeng.

Selain itu, jalur utara dan selatan Jawa Tengah masih menjadi kunci. Pasalnya, lalu lintas yang padat mengarah ke sejumlah daerah di Jawa Tengah.

Terutama, karena meski ada jalan nasional, tetapi di utara maupun selatan tidak ada jalur alternatif.

"Seharusnya jalur alternatif ini ada. Dalam hal ini kalaupun ada, terlalu jauh," tutur Soegeng.

Sebenarnya, jika sudah sampai Semarang, penumpukan kendaraan tidak terlalu parah karena kebanyakan sudah terbagi tujuannya. Terlebih, karena sudah ada jalan tol yang fungsional.

Sementara pada saat Lebaran lalu, jalan fungsional baru sampai Bawen, sedangkan dari Bawen-Salatiga terjadi penumpukan kendaraan kembali.

Soegeng melanjutkan, jalur di Sragen juga membaik karena telah dibeton sehingga Solo tidak lagi menjadi titik penumpukan kendaraan. Meski begitu, ia memproyeksikan titik kemungkinan macet yang bisa terjadi di Yogyakarta.

"Yogyakarta ini daerah tujuan paling populer, tetapi tidak ada alternatif, kecuali jalan nasional," sebut Soegeng.

Selain itu, jalan-jalan di Yogyakarta juga sempit. Terkait hal ini, Soegeng mengkhawatirkan sejumlah jalan akan macet total terutama saat musim libur.

"Saya khawatir kondisi Yogyakarta, pengendara bisa masuk ke dalam kota, tetapi tidak bisa keluar," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendapatan Waskita Beton Naik 38 Persen Jadi Rp 505,68 Miliar

Pendapatan Waskita Beton Naik 38 Persen Jadi Rp 505,68 Miliar

Berita
Jumlah Backlog Kepemilikan Rumah Berkurang Jadi 9,9 Juta

Jumlah Backlog Kepemilikan Rumah Berkurang Jadi 9,9 Juta

Berita
Kuartal I-2024, Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen

Kuartal I-2024, Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen

Berita
[POPULER PROPERTI] Pasok Material Tol Padang-Sicincin, HK Kolaborasi dengan Korem 032/Wirabraja

[POPULER PROPERTI] Pasok Material Tol Padang-Sicincin, HK Kolaborasi dengan Korem 032/Wirabraja

Berita
9 Jembatan Tua di Jatim Tuntas Diganti, Telan Biaya Rp 591,9 Miliar

9 Jembatan Tua di Jatim Tuntas Diganti, Telan Biaya Rp 591,9 Miliar

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pekalongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pekalongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purbalingga: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purbalingga: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Brebes: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Brebes: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kebumen: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kebumen: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Kini, Masyarakat Banyuwangi Tak Lagi Waswas soal Kepastian Tanah

Kini, Masyarakat Banyuwangi Tak Lagi Waswas soal Kepastian Tanah

Berita
Berapa Lama Mesin Cuci di Rumah Anda Bisa Bertahan?

Berapa Lama Mesin Cuci di Rumah Anda Bisa Bertahan?

Tips
5 Tanda Mesin Cuci di Rumah Anda Perlu Diganti

5 Tanda Mesin Cuci di Rumah Anda Perlu Diganti

Tips
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Rembang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Rembang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
MRT Jakarta Gaet SMI, Garap Proyek Mixed Use di Dekat Stasiun Blok M dan ASEAN

MRT Jakarta Gaet SMI, Garap Proyek Mixed Use di Dekat Stasiun Blok M dan ASEAN

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Salatiga: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Salatiga: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com