Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerugian Akibat Pembangunan Tol Layang Japek Ditaksir Rp 1,3 Triliun

Kompas.com - 18/12/2016, 15:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan Jalan Layang Tol Jakarta-Cikampek (Japek) atau Jalan Tol Jakarta-Cikampek 2 (Elevated) akan dimulai pada 2017 mendatang.

Hal yang kemudian menjadi tantangan adalah selain karena dibangun di tengah Jalan Tol Japek eksisting, juga karena bersamaan dengan pembangunan Kereta Ringan atau Light Rail Transit (LRT) dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung di kanan dan kiri jalan tol tersebut.

Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sadar betul konsekuensi dari pembangunan bersamaan itu.

Maka dari itu, BPJT akan berusaha semaksimal mungkin agar Jalan Tol Layang Japek ini tidak berbenturan dengan dua proyek lainnya agar tidak menghambat laju kendaraan di jalan tol yang beroperasi saat ini.

"Artinya yang bisa kami lakukan itu masing-masing pihak harus mengatur dirinya sehingga mengurangi dampaknya. Misalnya yang dibangun LRT itu kami harus yakin bahwa itu telah diamankan," kata Kepala BPJT Herry Trisaputra Zuna, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (16/12/2016).

BPJT, lanjut Herry telah melakukan koordinasi dengan PT Jasa Marga (persero) Tbk selaku pengelola Jalan Tol Japek agar memperhatikan proses pekerjaan proyek pengurai macet tersebut.

"Kami sudah minta Jasa Marga membentuk konsultan yang mengintegrasikan semua proses pembangunan. Nantinya konsultan diberikan kewenangan memberhentikan, menyesuaikan, dan mengoreksi metode pelaksanaan dan lain-lain agar semuanya tidak terganggu sehingga terjadi bottleneck (hambatan) di sana," tambah dia.

Dengan begitu, diharapkan seluruh proyek yang tengah dikerjakan di lokasi tersebut dapat rampung sesuai target, yakni sekitar 2019.

Tanpa koordinasi dan metode yang tepat dapat dipastikan pembangunan Jalan Tol Layang Japek akan menimbulkan gangguan terhadap pengguna jalan.

"Apabila terjadi pengurangan kapasitas yang sudah ada akan merugikan pengguna jalan. Sehingga timbul kerugian bagi masyarakat selama masa konstruksi akan sangat mahal," kata Traffic Engineer PT Stadia Dadan Rusli.

Berdasarkan hitung-hitungannya, kerugian yang ditimbulkan jika kemacetan terjadi saat masa konstruksi Jalan Tol Japek II Elevated bisa mencapai lebih dari Rp 1 triliun per tahun.

Angka tersebut berangkat dari asumsi jumlah kendaraan yang masuk ditambah dengan kerugian akibat penggunaan BBM yang terbuang sia-sia karena kemacetan.

"Saya rasa kerugian selama konstruksi satu tahun itu Rp 1,3 triliun. Kerugian pemakai kendaraan menjadi terlambat sampai Rp 1,3 triliun," tambah Dadan.

Salah satu metode yang bisa digunakan untuk membuat pembangunan Jalan Tol Layang Japek lebih cepat dan minim gangguan adalah teknologi konstruksi Sosro Bahu.

Teknologi ini telah digunakan pada proyek jalan tol melayang Metro Manila atau Metro Manila Skyway di Filipina.

"Dengan teknologi ini kami bisa membangun jalan tol dengan minim gangguan, sehingga lalulintas di bawahnya bisa tetap berjalan di tengah pembangunan," ucap Direktur Teknik Citra Metro Manila Tollways Corporation (CMMTC) Dodik Marseno.

Teknologi sosro bahu yang dimaksud adalah engsel putar yang dipasang antara ujung tiang pancang dengan kepala tiang atau biasa disebut pier head.

Dengan teknologi ini, proses pengecoran kepala tiang penyangga jalan tol bisa dilakukan sejajar dengan arah jalan sehingga bisa mengurangi penggunaan ruang jalan saat pengecoran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau