JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tengah berupaya membiasakan warganya untuk mau tinggal di hunian vertikal atau rumah susun sewa (rusunawa).
Berbagai strategi pun digunakan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini guna memuluskan keinginan tersebut.
"Jadi strategi saya menangani perumahan dengan memberikan subsidi. Kenapa rusunawa? Karena rumah sederhana walaupun vertikal itu di atas Rp 124 juta dan kalau pendapatannya UMK Rp 3,05 juta nggak bisa beli rumah itu," kata wali kota yang karib disapa Risma tersebut, di Jakarta, Kamis (8/12/2016).
Subsidi yang diberikan senilai Rp 50.000 per meter persegi untuk rusunawa dengan luas 27 meter persegi hingga 30 meter persegi.
Menurut Risma, warganya yang tinggal di rusunawa subsidi itu hanya perlu membayar listrik dan air yang digunakan.
Sedangkan di bagian luarnya termasuk pemeliharaan gedung menjadi tanggung jawab Pemkot Surabaya.
Selain itu, untuk membiasakan warganya tinggal di rusunawa, Risma membangun fasilitas-fasilitas yang sama seperti di perumahan tapak.
"Di dalamnya kami bangun fasilitas yang sama dengan di landed housing contohnya taman, PAUD, puskesmas pembantu, lapangan olahraga, dan sentra PKL sehingga sekarang banyak yang minta untuk tinggal di rusun," tambah Risma.
Risma juga merasa warganya yang tidak mampu dan berpendapatan pas-pasan layak untuk mendapatkan tempat tinggal di pusat kota.
Ini dimaksudkan agar pendapatannya tak habis untuk ongkos perjalanan karena jauhnya tempat tinggal dengan lokasi kerja.
Sampai saat ini, sebanyak 60 menara rusun sudah beroperasi di Surabaya dengan rata-rata ketinggian tak lebih dari lima lantai.
"Saya buatnya maksimal lima lantai biar nggak pakai lift karena itu membuat biaya operasionalnya lebih mahal," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.