Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendesak, Sumber Energi Terbarukan untuk Listrik di Desa-Desa

Kompas.com - 29/09/2016, 18:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Terbatasnya energi fosil di bumi membuat pemanfaatan dan pengelolaan energi terbarukan semakin mendesak, termasuk di Indonesia.

Pada dasarnya, beberapa negara maju di Asia, Amerika, dan Eropa telah sadar betapa pentingnya energi terbarukan menjadi alternatif sumber energi pengganti energi fosil.

"Energi terbarukan ini punya karakter berbeda dengan energi fosil yang notabenenya berbasis gas, batu bara, dan minyak bumi. Ini tersedia secara alami dan melimpah," kata Direktur Eksektutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa, di Jakarta, Kamis (29/8/2016).

Selain itu, lanjut Fabby, keunggulan lainnya dari energi terbarukan ini adalah tergantikan dalam waktu singkat, bersih tanpa polusi, tidak menyebabkan dampak buruk pada lingkungan, sumber dayanya tersebar secara geografis, dan densitas energinya rendah.

Adapun yang dimaksud energi terbarukan dalam hal ini adalah sinar matahari atau surya, air, angin, dan biomassa atau kotoran hewan.

Salah satu hal yang kemudian mendesak untuk direalisasikan adalah ketersediaan listrik dari energi berkelanjutan di desa-desa terpencil Indonesia.

Menurut Fabby, saat ini terdapat 12.625 desa di Indonesia yang belum mendapatkan akses listrik. Untuk itu, dirinya menyarankan adanya percepatan pembangunan pembangkit listrik berbasis masyarakat.

"Kalau menunggu PLN untuk turun tangan langsung dalam penyediaan listrik di desa-desa itu ya nggak akan kesampaian," cetusnya.

Penyediaan listrik tersebut dinilai Fabby selain bisa menerangi desa-desa juga bisa sebagai salah satu cara untuk memaksimalkan manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Di Flores ada satu daerah yang berjarak 5 kilometer dari Ende belum ada listrik dan kaum ibu di sana setiap malamnya bekerja memecahkan kemiri.

"Kalau ini ada listrik atau sumber daya energi terbarukan bisa dibuatkan penggilingan di sana, jadi nggak usah repot-repot lagi seperti itu," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau