Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arsitektur Ekologis Sulit Diterapkan di Daerah Tropis

Kompas.com - 20/05/2016, 22:06 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di dalam kota yang semakin padat, tidak mudah untuk menerapkan arsitektur ekologis termasuk di daerah tropis. Seperti diketahui, Indonesia berada di iklim yang tropis.

Menurut arsitek dari Rujak Center for Urban Studies, Marco Kusumawijaya, ada contoh nyata atas sulitnya penerapan arsitektur ekologis ini, yaitu Gedung Kedutaan Perancis di Indonesia yang lama.

"Dulu, di sini berdiri bangunan atau monumen yang menunjukkan bagaimana satu-satunya arsitek lulusan Perancis membuat inovasi arsitektur tropis tapi kemudian terpaksa menyingkir," ujar Marco dalam diskusi “Arsitektur Masa Depan: Desain Ekologis untuk Kota Ekologis" di Auditorium lFl Jakarta, Jumat (20/5/2016).

Saat itu, tutur Marco, arsitek Suyudi memperkenalkan penggunaan beton ekspos. Ia juga menerapkan desain yang membentuk bayangan-bayangan sangat dalam.

Menurut Marco, semua jendela di gedung tersebut terlindung oleh bayangan. Bayang-bayang ini membuat gedung lebih efisien karena menjadi lebih teduh dan penggunaan energi berkurang.

Namun, kenyataannya gedung ini harus dibongkar dengan alasan perlu banyak ruang. Inovasi ini bahkan tidak diulangi apalagi dilanjutkan, karena ada pertimbangan keamanan dan penduduk yang semakin padat.

Selain itu, Marco menduga, penghematan energi tidak lagi menjadi pertimbangan utama karena energi dirasa murah.

Gedung yang menerapkan desain berupa bayang-bayang serupa adalah Wisma Dharmala Sakti atau sekarang Intiland Tower di Jalan Sudirman, Jakarta.

Marco mengatakan, menurut riset, gedung ini dinilai efisien karena bayangan-bayangan ini menghemat listrik 20-30 persen.

"Tapi rupanya, hal itu tiba-tiba menjadi tidak penting ketika ada pertimbangan keamanan," kata Marco.

Ia berpikir, hal ini merupakan suatu kenyataan berat yang mungkin bukan hanya dihadapi oleh Kedutaan Besar Perancis. Marco menilai, semua bangunan baru akan dihadapkan oleh pilihan yang serupa.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com