DENPASAR, KOMPAS.com - Direktur PT Ciputra Property Tbk (CTRP), Artadinata Djangkar, mengharapkan pemerintah segera memberlakukan tax amnesty atau pengampunan pajak agar pasar properti bergerak lebih baik lagi.
"Kami masih optimistis dengan kondisi pasar sekarang. Namun, kami tetap berharap tax amnesty segera diberlakukan untuk menambah 'energi' ke pasar properti dan bisnis lain," tutur Arta kepada Kompas.com, Minggu (10/4/2016).
Arta melanjutkan, meski pasar bergerak lebih baik dari tahun 2015 lalu dan volume pertumbuhan mencapai 10 persen, namun masih belum bisa dikatakan kuat (strong).
Perlambatan pertumbuhan ekonomi dan depresiasi Rupiah terhadap dollar AS, juga masih menyisakan dampak signifikan terhadap kenaikan biaya konstruksi. Banyak pengembang yang kemudian harus mengalkulasi ulang.
Hal tersebut menjadi penyebab pembangunan salah satu hotel yang tengah digarap CTRP, Rosewood Tanah Lot Bali, berjalan di luar jadwal yang telah ditetapkan.
Sedianya hotel sebanyak 120 kamar ini direncanakan beroperasi pada 2017 sebagaimana tercantum dalam situs resmi Rosewood.
Namun, sampai saat ini mereka masih menyelesaikan unit pajang (show unit) sebagai acuan konstruksi nanti setelah cut and fill serta dinding penahan tanahnya.
"Akhirnya, kami behind schedule. Jadi impossible beroperasi 2017. Mungkin mereka belum update situsnya," jelas Arta.
Jadi, tambah Arta, pihaknya belum bisa memastikan waktu pembukaan Rosewood Tanah Lot. perubahan nilai tukar Rupiah sangat berpengaruh terhadap biaya konstruksi.
Karena itu unit pajang pun dirampungkan lebih dahulu untuk menghitung ulang kenaikan biaya, termasuk gross development value (GDV) yang awalnya dipatok Rp 1,2 triliun.
Rosewood Hotel and Villas Tanah Lot Bali menempati area seluas 12 hektar dari total pengembangan kawasan terintegrasi Ciputra Beach Resort yang dikembangkan CTRP seluas 80 hektar.
Untuk tetap berproduksi dan melakukan aktivitas penjualan, CTRP saat ini memasarkan kompleks vila Nivata yang berada di belakang Rosewood.
Dari total 90 unit dalam dua tahap pengembangan, 40 persen sudah terjual. Padahal, harganya tak bisa dibilang kompetitif yakni sekitar Rp 3 miliar hingga Rp 7 miliar per unit.
Adapun GDV Nivata diestimasikan sebesar Rp 500 miliar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.