KOMPAS.com - Sudah bukan rahasia juga, bahwa Jepang adalah negara paling "akrab" dengan gempa, yang bahkan melebihi Indonesia. Hal itu membuat Jepang punya kode etik bangunan yang mewajibkan keamanan bagi penggunanya dari ancaman gempa.
"(Di Indonesia), bangunan tahan gempa sebenarnya bisa dipantau dari izin mendirikan bangunan (IMB) yang dikeluarkan pemerintah. Namun, yang terjadi, IMB lebih untuk menarik retribusi," kata peneliti geoteknologi dan paleoseismologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto, seperti dikutip dari KOMPAS.com (12 Maret 2011).
Eko meminta pemerintah melakukan intervensi terkait keselamatan bangunan di Indonesia.
"Kebutuhan masyarakat akan rumah masih tergantung pengembang. Jadi, pemerintah harus melakukan intervensi kepada para pengembang. Mereka harus memberikan jaminan bahwa proyeknya bukan semata-mata bebas dari banjir, tapi juga aman dari gempa," kata Eko.
Tentu saja, teknologi anti-gempa untuk bangunan dari pengembang Jepang—misalnya, Tokyu Land dengan garapan antara lain BRANZ BSD—cocok untuk Indonesia. Karena berada di atas sejumlah lempeng aktif, Indonesia juga sama rawannya mengalami gempa seperti Jepang.
Ahli konstruksi Agus Sutanto mengatakan teknologi bangunan tahan gempa Jepang tetap bisa dibuat menjadi lebih ekonomis tanpa mengurangi prinsip ketahanannya terhadap gempa. Prinsip dasar konstruksi tahan gempa Jepang, lanjut dia, mampu meredam dampak guncangan dari pergerakan lempeng bumi itu.
Penerapannya, papar Agus, antara lain memakai material kayu yang memiliki kekuatan tarik, dapat dibongkar pasang (knock down), pengerjaan yang lebih presisi, serta perencanaan di pabrikasi dan menggunakan prinsip modul.
Dari keseluruhan prinsip dasar tersebut dapat dihasilkan sebuah adaptasi berupa barrataga yang memiliki pengikat-pengikat praktis—yang biasanya—terbuat dari beton untuk memperkokoh bangunan. Selain itu, ada kolom-kolom vertikal dengan jarak tiga meter, yang memperkuat fondasi bangunan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.