Kota dengan jumlah populasi tak lebih dari 1,5 juta jiwa itu memang punya banyak masalah dan pekerjaan rumah yang tak kunjung terselesaikan. Masalah utamanya adalah kondisi infrastruktur dasar, antara lain jalan dan drainase yang kerap rusak meskipun sudah diperbaiki berkali-kali, tata kota semrawut, kemacetan, serta minimnya ruang terbuka hijau (RTH) untuk publik.
Warga Kota Tangsel macam CEO Opal Communications, Kokok Herdhianto Nugroho, dan pengusaha otomotif Ahmad Matin, gerah melihat kondisi aktual Tangsel yang mereka nilai sudah tak layak huni. Karena itu, mereka pun mempertanyakan kehadiran pengelola kota dalam menata wilayahnya menjadi lebih layak huni demi kualitas hidup yang lebih baik.
Terhadap berbagai keluhan warganya, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kota Tangsel Dedi Rafidi menjelaskan bahwa rendahnya penyerapan APBD Tangsel bukan karena tidak ada pembangunan atau perbaikan serta penataan kota, melainkan penyusunan alokasi anggaran yang belum rampung.
"Kami yakin, sampai akhir 2015, APBD yang terserap bisa sampai 95 persen. Keyakinan ini didasarkan pada rencana perbaikan dan pengembangan infrastruktur dasar jalan, jembatan, dan drainase, serta penambahan layanan dan fasilitas masyarakat," kata Dedi kepada Kompas.com, Selasa (4/8/2015).
Sementara itu, kondisi jalan yang dipantau Kompas.com selama dua hari survei pada 29 Juli 2015 dan 3 Agustus 2015 disebutDedi sebagai wilayah yang termasuk tanggung jawab provinsi. Wilayah itu termasuk ruas jalan Muncul hingga Ciputat.
"Kondisinya pun tidak sepenuhnya rusak karena sebagian segmen dalam proses perbaikan. Bahkan, ada beberapa segmen yang diperlebar menjadi empat lajur dengan bentang 24 meter," kata Dedi.
Sementara itu, ruas jalan dari arah Pasar Jumat sampai daerah Sawangan merupakan otoritas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Kondisinya pun, menurut Dedi, sangat bagus. Kalaupun ada kerusakan di beberapa segmen, bagian-bagian itu saat ini sedang dalam proses perbaikan dan perawatan.
IPM tinggi
Kendati dikeluhkan dan diragukan oleh sebagian warganya, Dedi optimistis Kota Tangsel masih jauh lebih baik dibandingkan kota-kota lainnya, bahkan jika dibandingkan dengan sesama kota penyangga Jakarta, macam Bekasi, Depok, Bogor, dan Kota Tangerang.
Belum lagi indeks pembangunan manusia (IPM) yang juga terhitung tinggi, yakni 77,13 persen. Pencapaian di sektor pendidikan itu, lanjut Dedi, adalah buah dari program rasio 1:32. Artinya, satu ruang kelas hanya diisi oleh 32 siswa. Alhasil, tingkat rerata lama sekolah warga Tangsel adalah 9,95 tahun.
"Kami mengalokasikan Rp 250 miliar sebagai anggaran pendidikan, termasuk subsidi untuk sekolah negeri dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan atas," tambah Dedi.
Sementara itu, di sektor kesehatan, Pemerintah Kota Tangsel menganggarkan dana Rp 200 miliar untuk mengembangkan 35 puskesmas gratis. Semua warga Kota Tangsel dapat mengakses layanan kesehatan gratis, termasuk rawat inap. Fasilitas itu bisa diperoleh hanya dengan bekal KTP dan kartu keluarga.
Saat ini, baru ada 25 puskesmas yang memberikan layanan kesehatan gratis ini. Ke depan, 35 puskesmas, sesuai target, diharapkan dapat mendukung layanan kesehatan gratis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.