Tak mengherankan jika dalam kurun empat tahun (2010-2014), tingkat compound annual growth rate (CAGR) bisnis ritel negara ini mengalami pertumbuhan 3,5 persen dengan total penjualan 326 miliar dollar AS.
Alhasil, Indonesia menempati posisi ke-12 dalam daftar Global Retail Development Index (GRDI) 2015 keluaran AT Kearney. Peringkat ini merupakan pencapaian tertinggi yang pernah terjadi dalam indeks GRDI.
Menurut laporan GRDI, pemilihan umum pro-reformasi yang menghasilkan kepemimpinan Joko Widodo pada Juli 2014 lalu, ikut mengatrol posisi tersebut. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diperkirakan akan kembali pulih, setelah mencapai terendah dalam lima tahun, dan akan melebihi pasar regional lainnya ke depan.
Meskipun terjadi sedikit penurunan penjualan ritel tahun lalu, total penjualan ruang ritel tetap tumbuh 14,5 persen. Ini lantaran para peritel terus melakukan eskpansi. Mereka percaya populasi Indonesia yang besar dengan pertumbuhan kelas menengah berdaya beli tinggi merupakan pasar yang sangat potensial.
Seiring dengan pertumbuhan tersebut, pengembangan infrastruktur, dan iklim bisnis yang lebih menguntungkan yang menunjang bisnis ritel, akan menjadi tuntutan utama di masa mendatang.
Karenanya, saat pemerintah mengumumkan rencana berinvestasi sebesar 22 miliar dollar AS ke dalam proyek infrastruktur, disambut antusias investor. Meskipun masih ada beberapa investor yang skeptis karena banyaknya potensi penggunaan dana yang tidak efektif, namun secara umum, tingkat keyakinan investor masih tinggi.
Ekspansif
Kendati Departemen Perdagangan membatasi jumlah maksimum toko waralaba, namun tak mengganggu gairah dan dinamika bisnis ritel jenis ini. Dua pemain lokal, Alfamart dan Indomaret, justru akan semakin ekspansif.
Menurut GRDI, format ritel waralaba ini memang sangat populer di negara-negara dengan kondisi infrastruktur yang buruk. Karena itulah, Alfamart, dan Indomaret, berencana membuka gerai-gerai baru di seantero Nusantara.
Sementara di segmen hipermarket, Hypermart bakal semakin menancapkan kukunya di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Demikian halnya dengan perusahaan ekuitas swasta AS Warburg Pincus yang telah membentuk usaha patungan dengan PT Nirvana Development Tbk untuk mengembangkan hipermarket di kota-kota lapis kedua dan ketiga Indonesia.
GRDI juga mencatat investor-investor asing lainnya yang terpincut berbisnis ritel di sini. Sebut saja di segmen department store antara lain SPAR International, American Eagle Outfitters, dan WHSmith, dan Lotte. Selain itu, terdapat 7-Eleven, Parkson, AEON, KFC, dan Domino Pizza yang mengumumkan rencana ekspansi ke KTI.
Sedangkan ritel dalam jaringan (daring) yang tumbuh pesat karena didorong peningkatan penetrasi penggunaan ponsel pintar, menjadi ladang keuntungan para peritel utama di bisnis ini. Fenomena yang membuat Lippo Group terpincut menginvestasikan dana senilai 500 juta dollar AS untuk membangun platform perdagangan daring dengan nama MatahariMall.