Dalam laporan pemeringkatan Global Retail Development Index (GRDI) 2015 yang dilansir AT Kearney, arus masuk peritel internasional deras mengalir. Hal ini menstimulasi munculnya pengembangan-pengembangan ruang ritel (pusat belanja) modern baru di kota-kota lapis kedua, dan ketiga.
Tiongkok kembali mendapatkan posisi teratas dalam GRDI untuk pertama kalinya dalam lima tahun, sementara Mongolia yang tampil di peringkat 5 dan Malaysia nomor 9, untuk kali kedua masuk daftar sepuluh besar.
India juga naik peringkat ke posisi 16. Masuknya India ini dipastikan karena stabilitas ekonomi dan reformasi peraturan yang bertujuan untuk meningkatkan kemudahan melakukan bisnis, meskipun pembatasan foreign direct investment (FDI) multi-merek ritel, masih tetap berlaku.
Sementara Indonesia berada di peringkat ke-12 dengan Retail CAGR 3,5 persen dan total penjualan ritel 326 miliar dollar AS.
Asia Tenggara
AEC diharapkan mampu mengatrol posisi negara-negara yang tergabung dalam wilayah ini ke tingkat yang lebih tinggi seiring standardisasi baku, dan rencana ekspansi para pengecer internasional ke seluruh kawasan.
Selain itu, perdagangan daring (e-commerce) terus berkembang pesat, dengan pasar senilai 525 miliar dollar, melebihi nilai pasar Amerika Utara 438 dollar AS. Seiring penetrasi internet dan penawaran secara online yang terus meningkat pesat, penjualan perdagangan daring eceran di Asia bisa tumbuh sebesar 25 persen per tahun.
"Karena itu, penawaran secara online akan terus menjadi fokus utama peritel yang beroperasi di Asia dalam beberapa tahun mendatang," tulis AT Kearney.