Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menuju Kota Cerdas, Makassar Punya "Smart Card" dan "Home Care"

Kompas.com - 11/06/2015, 12:13 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Makassar tengah berupaya untuk menciptakan kota cerdas. Saat ini, Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto mengatakan, warga Makassar telah memiliki kartu pintar atau smart card. Makassar juga memiliki fasilitas home care.

Seraya menunjukkan kartu tersebut pada Kompas.com, pria yang kerap disapa Dani ini menjelaskan cara kerjanya.

Makassarkota.go.id Kartu pintar di Makassar

"Smart card ini bagaimana mengambil data dari masyarakat. Ini kerja sama dengan Bank BRI. Masyarakat tidak dikenakan biaya, BRI dapat klien," ujar Dani di sela-sela acara New Cities Summit Jakarta 2015, Rabu (10/6/2015).

Dani menuturkan, kartu tersebut pada dasarnya berfungsi sama dengan kartu debit yaitu untuk pengambilan uang tunai dari mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Bedanya, kartu ini juga menyimpan data pribadi yang tertera pada KTP elektronik.

Tinggal ditempelkan pada ponsel pintar berbasis operasi Android yang dilengkapi aplikasi khusus, semua data di dalam e-KTP, BPJS, NPWP, dan PBB akan muncul di layar ponsel tersebut.

"Satu-satunya kartu di dunia seperti ini. Kemarin saya ke Kanada, saya kasih lihat mereka (pejabat Kanada) ternganga semua," ucap Dani.

Dani menambahkan, kartu pintar ini juga bisa merekam pemakaian belanja pemegang kartu. Saat anak-anak berbelanja menggunakan kartu ini, notifikasi akan dikirimkan kepada ibunya. Pemberitahuan ini selayaknya pada mobile banking, yakni waktu, tempat, dan jumlah pembelanjaan.

Berisi riwayat penyakit

Tidak hanya itu, menariknya lagi, di dalam kartu tersebut juga terdapat laporan atau riwayat penyakit yang dimiliki pemegang kartu. Dani menyebutkan, jumlah penyakit yang bisa tertampung di dalam kartu tersebut adalah sampai 125 jenis penyakit.

Dengan demikian, saat pemegang kartu menderita suatu penyakit dan ingin berobat, petugas kesehatan hanya perlu menempelkan kartu tersebut sebagai diagnosis awal. Menurut Dani, yang sering terjadi di Indonesia bukan lagi pertolongan pertama pada kecelakaan, melainkan kecelakaan pada pertolongan pertama.

"Orang datang kena stroke sampai berbusa mulutnya ditanya 'namanya siapa?', 'sakit apa?', 'alergi obat apa?'. Keburu mati orang itu," kelakar dia.

Dani menambahkan, setiap detik adalah nyawa bagi penderita penyakit. Dengan adanya kartu tersebut, petugas kesehatan langsung mendapatkan data penting.

Sementara itu masih terkait kesehatan, lanjut Dani, Makassar memiliki fasilitas layanan home care. Artinya, orang sakit tidak perlu lagi ke rumah sakit. Petugas akan mendatangi langsung rumah pasien.

Untuk pelayanan ini, Dani telah menyiapkan 48 armada bernama Dottoro'ta atau dokter kita. Pada dashboard armada tersebut, terdapat layar yang menunjukkan keadaan pasien jika sudah tersambung dengan alat, mulai dari nadi, denyut jantung, hingga tensi darah.

Berdasarkan keadaan pasien yang terlihat di layar, petugas akan memutuskan apakah perlu penanganan ringan atau penanganan serius sampai harus dibawa ke rumah sakit.

Tidak sampai di sana, Dani juga menyiapkan tele-medicine. Fasilitas ini memudahkan dokter memeriksa pasien dalam jarak jauh.

"Jadi tidak perlu menunggu, misalnya dia punya penyakit jantung, kita ada EKG (elektrokardogram) online. Tidak perlu ahli datang, dia (dokter) baca melalui EKG dalam waktu yang sama. Saat itu juga dokter bisa mendiagnosa, dan mengirimkan apa saja yang harus dilakukan melalui ponsel pintar biasa," pungkas Dani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com