Rencananya, kata Yance, mal tiga lantai ini berdiri di lahan seluas 5 hektar. Sementara City Center memiliki luas 10-15 hektar. Saat ini, Mal Ciputra sedang tahap perencanaan dan diskusi antara konsultan dan peritel.
Oleh sebab itu, Yance belum bisa menyebutkan berapa biaya atau investasi pembangunan untuk mal tersebut. Namun, diharapkan mal ini bisa mulai dibangun pada semester pertama 2016.
Mal ini akan menjadi gerbang menuju klaster Gardenville yang baru saja diluncurkan. Klaster Gardenville mencakup 800 hunian dengan pilihan tipe dan harga mulai dari Rp 500 jutaan. Tidak hanya itu, karena berada di pusat CitraRaya, mal tersebut juga menjadi gerbang kawasan premium baru seluas 150 hektar yang dirancang menggantikan Ecopolis yang kini sudah terbangun 70 persen dari total lahan seluas 100 hektar.
Yance berharap, baik pembangunan residensial maupun kawasan, bisa tergarap dalam waktu singkat. Pasalnya, pengembangan Ecopolis yang ditargetkan 8 tahun, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir saja sudah mencapai 70 persen. Pembangunan kawasan komersial ini, adalah untuk mendukung recurring income atau pendapatan berulang. Ciputra Residences tidak menyediakan lahan untuk dijual, melainkan untuk disewakan kepada penyewa.
Saat ini, kontribusi pendapatan berulang Ciputra Residences masih di bawah 5 persen. Targetnya, posisi recurring income bisa bertambah menjadi 10 persen. Namun, Yance mengaku, dalam kurun waktu setahun ini, Ciputra Resiences masih fokus di Ecoplaza dan hotel. Pada Agustus 2015, Hotel Amaris rencananya mulai beroperasi. Setelah itu, mereka akan membangun Hotel Yello.
Ia menuturkan, saat ini harga tanah semakin mahal, belum lagi ketersediaannya juga semakin berkurang. Dengan membuat value creation ini, maka akan menguntungkan kedua belah pihak, baik Ciputra Residences maupun tenan.
"Jadi ada value creation. Kami mengelola tanah, lalu menyewakannya kepada tenan. Mereka bisa masuk dan mengangkat proyek kami, tapi kami tidak kehilangan lahan," jelas Yance.