Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembang Indonesia Harus Berani Ekspansi ke Luar Negeri

Kompas.com - 23/05/2015, 01:03 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengembang properti Indonesia dinilai layak untuk "bermain" di ranah internasional. Bukan hanya di Asia tapi juga di Amerika, Eropa, ataupun Australia. Hal tersebut diutarakan oleh CEO Crown Group Iwan Sunito kepada Kompas.com di sela-sela acara Indonesia Property and Bank Award, di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (21/5/2015).

"Banyak sekali yang bisa dipelajari. Kalau kita lihat, Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Kenapa (pengembang) yang masuk ke Australia itu (pengembang dari) Malaysia dan Singapura, yang jauh lebih kecil daripada Indonesia secara GDP (Gross Domestic Product)?" ujar Iwan.

Menurut dia, selain siap berdasarkan ekonomi, Indonesia juga memiliki sumber daya manusia yang cukup mumpuni. Generasi muda di Indonesia bahkan sudah menguasai teknologi.

Iwan melihat, penyebab pengembang Indonesia belum masuk pasar global adalah karena mentalnya selalu berkata belum siap. Mereka berpikir bahwa pasar asing terlalu sulit, kompleks, dan memiliki budaya yang berbeda dengan Indonesia. Padahal, di sisi lain, banyak pengembang yang telah menyekolahkan anak mereka di luar negeri.

Seharusnya, anak-anak mereka bisa menjadi "investasi" supaya belajar berbisnis properti di negara tersebut, misalnya bagaimana harga properti dan peraturan yang ada. "Anjuran saya, cara terbaik supaya pengembang Indonesia bisa masuk (di negara luar), yaitu joint venture dengan lokal, supaya mereka tidak mengerjakan (proyek) sendiri," jelas pria asal Surabaya ini.

Selama ini, tambah dia, pengembang Indonesia sulit keluar karena seringkali berpikir mereka bekerja sendiri. Nyatanya, hal itu tidak mungkin terjadi. Ia pun mencontohkan, dirinya membutuhkan waktu 12 tahun untuk benar-benar bisa memiliki proyek sendiri di Sydney, Australia.

Jika pengembang Indonesia mau cepat membangun, saran Iwan, sebaiknya mencari mitra strategis di negara tersebut, supaya ada transfer pengetahuan. Setiap negara punya kelebihan masing-masing. Jika mengerjakan proyek berskala besar belum berani, ikuti proyek kecil-kecil lebih dulu. Kalau perlu, biarkan pengembang lokal yang menjalankan proyek.

Iwan menambahkan, pengembang Indonesia tidak perlu khawatir jika bertemu dengan pengembang yang nakal. Pasalnya, Australia adalah negara maju yang memiliki hukum transparan dan peraturan joint venture yang jelas. Sementara itu, pengembang Indonesia cukup penting untuk masuk global, mengingat perekonomian negara tidak selalu bagus.

"Seperti sekarang, (ekonomi) slow down. Bisnis manufaktur, ritel, properti semua susah setengah mati. Itu karena (pebisnis Indonesia) tidak punya market luar, 70-80 persen marketnya lokal. Apalagi properti, 100 persen marketnya lokal," jelas Iwan.

Indonesia, lanjut dia, tidak sama dengan Australia yang memiliki bisnis juga di negara lain. Di Indonesia, begitu ekonomi melemah, semua ikut melemah. Karena itu, perlu bagi pengembang Indonesia untuk ikut juga melakukan ekspansi di mancanegara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Berita
Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Berita
Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Ritel
Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Tips
Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Berita
Tiga Kota Ini Paling Diminati WNA Saat Berburu Properti di Indonesia

Tiga Kota Ini Paling Diminati WNA Saat Berburu Properti di Indonesia

Berita
Tol Gilimanuk-Mengwi Dilelang Ulang, Basuki: Mudah-mudahan September Teken PPJT

Tol Gilimanuk-Mengwi Dilelang Ulang, Basuki: Mudah-mudahan September Teken PPJT

Berita
Antisipasi Perpindahan Ibu Kota, Jababeka Siapkan Konsep TOD City

Antisipasi Perpindahan Ibu Kota, Jababeka Siapkan Konsep TOD City

Hunian
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com