Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Air Jadi Lebih Mahal karena Dikelola Swasta

Kompas.com - 08/04/2015, 14:13 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama pengelolaan air dilakukan oleh swasta, prioritas utama tidak untuk kepentingan publik, melainkan pembagian deviden kepada para pemegang saham. Sehingga layanan publik terbengkalai.

Hal tersebut dimungkinkan karena dalam perusahaan swasta, salah satu pendorong terbesar operasi adalah pemberian keuntungan kepada para pemegang saham. Dalam model ini dana dari para pemegang saham digunakan, namun deviden menjadi jauh lebih tinggi dari pembiayaan untuk layanan publik.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Bidang Air dan Sanitasi, David Boys, mengutarakan hal tersebut saat Diskusi dan Peluncuran Buku "Tata Kelola Air di Paris: Kisah Sukses Pengelolaan Air oleh Pemerintah Kota", di Kompas Gramedia, Palmerah Barat, Jakarta, Rabu (8/4/2015).

"Kota menjadi kecewa dengan hasil eksperimen mereka, yaitu kemitraan publik-swasta. Eksperiman ini malah cost (menambah pengeluaran) bukan ideologi. Profit yang dihasilkan privat lebih mahal, sementara investasi tidak pernah dilakukan," ujar David.

Tengok saja kasus pengelolaan di Paris. Sejak 1984 distribusi air kota mode ini dipercayakan kepada dua perusahaan swasta yaitu Compagnie des Eaux dan Societe Parisienne des Eaux, anak perusahaan grup CGE (Compagnie Generale des Eaux).

Pada Januari 1987, kontrak konsesi selama 25 tahun diberikan kepada Societe Anonyme de Gestion des Eaux de Paris (SAGEP), yaitu perusahaan semi-publik. Selain produksi dan transportasi air minum, SAGEP juga memonitor dan mengawasi perusahaan swasta.

Menurut David, proses mulai dari pengambilan hingga pendistribusian air, menggunakan sistem yang terintegrasi secara vertikal. Perusahaan pengelola air memberdayakan anak-anak perusahaannya.

Pembelian untuk layanan distribusi air, investasi, dan operasional, dilakukan tanpa transparansi ataupun proses tender. Dengan demikian, dana untuk outsorcing layanan ini secara tidak langsung akan masuk ke rekening kelompok usaha mereka sendiri.

Janji palsu

David menjelaskan, janji swasta memprivatisasi air untuk mengelola dan mendistribusikan air merupakan janji palsu. Pasalnya, sektor swasta hanya bertujuan untuk memaksimalkan profit, bukan menyediakan air sebanyak-banyaknya bagi masyarakat. Pihak swasta hanya punya konstituen utama yaitu pemegang sahamnya. Bagi mereka, menyediakan air untuk masyarakat miskin terlalu mahal.

David menambahkan, baik secara politis maupun teknis, butuh waktu dan komitmen yang panjang bagi pihak swasta untuk melayani publik secara paripurna.

Menurut Management Control Eau de Paris, tarif air di Paris melebihi tingkat inflasi. Dari tahun 1980-2010, harga air naik hingga 4,6 kali lipat, termasuk kenaikan 174 persen untuk layanan air minum.

Tagihan air yang dibayarkan ini terbagi atas komponen biaya air, sanitasi, dan perizinan. Dengan adanya operator tunggal, tarif air mengalami kenaikan. Tahun 2009, komponen "produksi" air minum pun dibekukan.

"Paris menginvestasikan kembali pengelolaan air. Mereka tidak perlu kasih uang dividen atau gaji tinggi pada CEO pihak swasta," tandas David.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com