Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bekas Pembangkit Listrik Disulap Jadi Properti Mewah

Kompas.com - 31/10/2014, 18:44 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Sumber Dailymail

KOMPAS.com - Battersea Power Station bukan sebuah kuil besar, atau benteng yang dibangun untuk memenuhi kesombongan para penguasa. Gedung ini, tepatnya adalah pembangkit listrik dan menjadi kebutuhan vital sebagian besar industri di London, Inggris.

London Power Company, yang bertugas dalam proyek pembangunan pembangkit listrik ini, bertekad untuk menghilangkan kekhawatiran banyak orang, bahwa stasiun pembangkit listrik merusak pemandangan dan bertubuh mengerikan. Selain itu juga, mereka tidak ingin masyarakat menganggap pembangkit listrik adalah "monster" yang mencemari paru-paru warga di sekitarnya dengan udara beracun dari empat cerobong besar.

Pada akhir 1970-an, saat pembangkit listrik tenaga batu bara yang kotor dan mahal digantikan oleh sumber daya lain yang lebih murah serta bersih, output dari pembangkit listrik ini berkurang. Pada 1983, lampu di gedung ini benar-benar dipadamkan.

www.dailymail.co.uk Di tangan para pengembang Malaysia dan pinjaman bank yang membiayai rencana tersebut, gedung ini akan menjadi pusat futuristik dengan nilai konstruksi sebesar 8 miliar pondsterling atau sekitar Rp 154 triliun.

Battersea Power Station kemudian menjadi simbol kesedihan. Dengan 103 meter tinggi cerobong asap yang tampak retak dan enam juta batu bata bernoda jelaga yang runtuh, gedung ini menjadi lambang kemerosotan Inggris. Beberapa tahun kemudian, gedung ini jatuh ke tangan spekulan dan menjadi lelucon kota.

Namun, kini lelucon tersebut tampaknya akan segera berakhir. Dari luar, tanpa atap, gedung ini masih memperlihatkan bekas bangunan industri. Tetapi, di dalamnya, beberapa pekerja tengah "membangun kembali" Battersea Power Station. Gedung ini akan segera mengalami reinkarnasi.

www.dailymail.co.uk Lahan seluas 170.000 meter persegi yang menjadi area Battersea akan berisi 3.992 unit apartemen, tiga hotel, lebih dari 250 toko dan restoran, fasilitas rekreasi dan taman pinggir sungai seluas 24.300 meter persegi.

Di tangan para pengembang Malaysia dan pinjaman bank yang membiayai rencana tersebut, gedung ini akan menjadi pusat futuristik dengan nilai konstruksi sebesar 8 miliar pondsterling atau sekitar Rp 154 triliun.

Lahan seluas 170.000 meter persegi yang menjadi area Battersea akan berisi 3.992 unit apartemen, tiga hotel, lebih dari 250 toko dan restoran, fasilitas rekreasi dan taman pinggir sungai seluas 24.300 meter persegi.

www.dailymail.co.uk Sting dan Trudie Styler bahkan ikut membeli salah satu properti ini. Styler menggambarkan pembangunan tersebut merupakan solusi yang bagus untuk regenaris sebuah ikon London yang telah terbengkalai selama 30 tahun.

Hampir sepertiga apartemen tahap satu dan dua proyek telah terjual, mulai dari 380.000 pondsterling (Rp 7,3 miliar) untuk tipe studio dan lebih dari 10 juta pondsterling (Rp 193 miliar) untuk griya tawang.

Sting dan Trudie Styler bahkan ikut membeli salah satu properti ini. Styler menggambarkan pembangunan tersebut merupakan solusi yang bagus untuk regenaris sebuah ikon London yang telah terbengkalai selama 30 tahun.

Arsitek terkemuka Norman Foster dan Frank Gehry menyiapkan apartemen yang berada di menara kaca dan baja. Menara ini berbentuk bunga dengan 'kelopak', untuk memaksimalkan pemandangan pembangkit listrik.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Dailymail
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com