Sekretaris DPD REI Kalimantan Selatan, Wahyu Effendi, mengemukakan pendapatnya terkait perkembangan sektor properti komersial di daerah tersebut kepada Kompas.com, Senin (27/10/2014).
"Setelah Grand Banua melansir apartemen satu menara, tidak ada lagi pembangunan serupa di Banjarmasin. Pasar belum antusias menyambut hunian vertikal. Apartemen di Grand Banua itu pun telah dikonversi menjadi hotel Aston. Jadi, belum saatnya provinsi ini beralih ke apartemen," papar Wahyu.
Wahyu menegaskan, pembangunan apartemen di ibukota Kalimantan Selatan itu berjalan lambat, untuk tidak dikatakan berhenti. Pasar lebih antusias menyambut hunian tapak menengah atas seharga Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar per unit dengan dimensi lebih besar sekitar 60/130 atau 70/130 ketimbang apartemen dengan harga setara namun ukuran unit lebih kecil.
CEO Govindo Group, Dicky Gunawan, berpendapat serupa. Menurutnya, apartemen masih belum saatnya. Namun, kota ini harus mengarah kepada pembangunan vertikal, seiring program pemerintah daerah Kalimantan Selatan yang fokus pada sawsembada pangan sehingga lahan-lahan yang ada tidak boleh dikonversi sembarangan menjadi properti komersial
"Itu harus mulai dirintis mengingat keterbatasan lahan kosong di pusat kota. Kalau pun ada, harganya sudah sangat tinggi. Selain itu, sebagai pengembang juga harus mendukung program pemprov menjadikan Kalsel swasembada pangan. Membangun hunian vertikal merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan lahan secara bijak," ujar Dicky.
Kendati kebutuhan dan pasar belum terbentuk, lanjut Dicky, pembangunan apartemen harus segera dilakukan. "Ruang terbuka hijau di Kalsel makin menyusut. Kami sendiri merencanakan membangun apartemen. Sekarang masih dikaji kelaikannya," imbuh Dicky, Senin (27/10/2014).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.